REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Para pengunjuk rasa di ibukota Libya, Tripoli menyerang dan mengobrak-abrik stasiun televisi milik pemerintah dan mengatur cabang komite populer yang merupakan dasar dari skema selama malam terbakar. Demikian ungkap seorang saksi yang tidak ingin menyebutkan namanya kepada AFP Senin (21/2). Sementara Uni Eropa mengatakan akan mulai mengevakuasi warganya.
Dia mengatakan, "markas Radio-TV dan al-Jamahiriya Shababia 2 telah terganggu," seorang saksi kepada AFP via telepon. Dua channel yang terganggu pada Minggu sore kemarin, pada Senin ini kembali normal.
Sedangkan gedung pemerintah di ibukota Libya terbakar, ungkap seorang wartawan Reuters, Senin. "Saya bisa melihat gedung rakyat terbakar, tidak ada petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan," kata wartawan itu.
Gedung tersebut merupakan gedung parlemen, yang melakukan sidangnya di Tripoli. Sejumlah saksi mengatakan, para pengunjuk rasa telah menguasai gedung yang berada di jantung ibukota itu semalam. Tidak hanya gedung DPR, tapi juga kantor polisi juga menjadi sasaran para pengunjuk rasa untuk dibakar.
Komisi HAM mengatakan, pada Minggu (20/2) kemarin, mengumumkan setidaknya sudah 233 rakyat Libya terbunuh sejak demonstrasi besar-besaran yang terjadi sejak Kamis lalu, yang terinspirasi gejolak politik dalam negeri di Tunisia dan Mesir, yang menumbangkan presidennya masing-masing. Yakni, almarhum Zine El Abidine Ben Ali dan Hosni Mubarak.