Sabtu 26 Feb 2011 09:36 WIB

Pasukan Somalia Rebut Wilayah Lagi di Mogadishu

REPUBLIKA.CO.ID,MOGADISHU--Pasukan Somalia bergerak semakin jauh ke wilayah-wilayah kantung Mogadishu yang dikuasai gerilyawan, kata Presiden Sheikh Sharif Ahmed, Jumat. Pasukan pemerintah terus melancarkan ofensif terhadap gerilyawan di kota itu dan di Somalia selatan. Di kota perbatasan Balad Hawa, beberapa kilometer dari Kenya, warga melaporkan kontak tembak dan pertempuran artileri antara milisi sekutu pemerintah dan gerilyawan Al-Shabaab.

Pemerintah Ahmed, yang memperingatkan kemungkinan gelombang serangan bunuh diri baru, mengatakan, pihaknya akan tetap melancarkan serangan sampai gerilyawan muslim garis keras itu ditumpas di ibukota Somalia tersebut. "Pasukan kami menguasai posisi-posisi lagi hari ini," kata Ahmed pada jumpa pers. Al-Shabaab tidak bisa dihubungi untuk diminta komentar mereka mengenai hal itu.

Dalam beberapa pekan terakhir ini pasukan Somalia berhasil merebut lagi sejumlah daerah Mogadishu dan kini menguasai 70 persen wilayah ibukota, kata pemerintah. Deputi Panglima Militer Jendral Abdikariin Dhagabadan mengatakan, gerilyawan Al-Shabaab telah mundur ke pasar Bakara, yang merupakan markas militan. Pasukan Somalia yang didukung milisi pro-pemerintah juga melancarkan operasi di sejumlah kota di wilayah tengah dan selatan Somalia, termasuk kota perbatasan Balad Hawa yang dikuasai Al-Shabaab, yang berjarak beberapa kilometer dari Kenya dan Ethiopia.

Jumlah pasukan Somalia meningkat dengan penempatan prajurit-prajurit baru yang dilatih di Kenya dan Ethiopia. Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu. Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli lalu.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas. Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang. Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Serangan-serangan bom pada 11 Juli itu dilakukan di sebuah restoran dan sebuah tempat minum yang ramai di Kampala ketika orang sedang menyaksikan siaran final Piala Dunia di Afrika Selatan. Pemimpin Al-Shabaab telah memperingatkan dalam pesan terekam pada Juli bahwa Uganda akan menghadapi pembalasan karena peranannya dalam membantu pemerintah sementara Somalia yang didukung Barat.

Uganda adalah negara pertama yang menempatkan pasukan di Somalia pada awal 2007 untuk misi Uni Afrika yang bertujuan melindungi pemerintah sementara dari Al-Shabaab dan sekutu mereka yang berhaluan keras di negara Tanduk Afrika tersebut. Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu. Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement