REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPP Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf menyatakan, pihaknya kecewa dengan sikap politik yang sering ditunjukkan Partai Golkar dalam menyikapi perkembangan maupun kebijakan pemerintah. "Seharusnya Partai Golkar berterima kasih kepada Partai Demokrat, terutama kepada Ketua Dewan Pembina yang sekaligus Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono," katanya kepada pers di Jakarta, Sabtu (26/2).
Dia menghatakan, Golkar mengecewakan Partai Demokrat dengan mendukung hak angket Bank Century dan hak angket perpajakan. Ia menyebutkan, Presiden SBY berhasil menyelamatkan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dari kasus lumpur Lapindo, mafia pajak dan Bumi Resources. "Golkar itu mestinya berterima kasih," kata Nurhayati.
Menurut anggota Komisi I yang juga Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR ini, bila Golkar tidak mengubah sikap politik dan seolah-olah merasa paling benar dengan mengusung hak angket mafia pajak, tidak tertutup kemungkinan Golkar akan dirugikan. Ia juga membantah Presiden SBY pernah berhutang budi kepada Aburizal Bakrie pada tahun 2004 sehingga SBY tidak bisa bersikap tegas terhadap Golkar.
"Pak SBY tidak pernah utang budi sama Ical. Saya kira itu penilaian salah, tidak ada utang budi," katanya.
Menurut dia, SBY tidak akan mengorbankan kepentingan rakyat hanya untuk sekedar balas budi. "Presiden SBY ketika harus mengambil sikap, pasti akan bersikap dan saya yakin dan beliau tidak perlu teriak-teriak," kata Nurhayati.
Sebagai kader, dirinya tentu berharap, Presiden SBY akan mengambil langkah. "Presiden SBY tidak akan terima
kadernya diperlakukan begitu oleh PKS dan Golkar dan itu ada penilaian tersendiri," ujar dia.
Anggota DPR dari daerah pemilihan Malang (Jawa Timur) ini juga mengapresiasi langkah Gerindra yang menolak hak angket perpajakan dan hal itu dilakukan oleh Gerindra secara objektif. "Gerindara bisa objektif menilai," katanya.