Selasa 01 Mar 2011 17:14 WIB

Tifatul: Kekuatan Koalisi Harusnya Untuk Sejahterakan Rakyat

Rep: yasmina hasni/ Red: Krisman Purwoko
Tifatul Sembiring
Foto: Amin Madani/Republika
Tifatul Sembiring

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kekuatan koalisi yang kini ada seharusnya dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyat, dan bukannya terus menerus dipergunakan untuk melakukan manuver politik. Sebab, koalisi yang kini ada merupakan kekuatan dahsyat dengan 74 persen suara. “Nanti prediksi saya tidak ada koalisi sebesar ini lagi,” kata Menkominfo Tifatul Sembiring, di Kantor Presiden, Selasa (1/3).

Hal ini dinyatakan dirinya, sebab isu perombakan kabinet akan dilakukan dalam waktu dekat, berhembus semakin kuat. Hal itu, disebabkan oleh sikap PKS dan Golkar yang mengusulkan adanya hak angket mafia perpajakan. Sikap tersebut berlawanan dengan sikap Partai Demokrat yang menolak hak angket.

Terkait hal ini, Tifatul mengungkap bahwa dirinya merasa perbedaan sikap tersebut harus diperbaiki lagi kedepannya. “Ada atau tidak ada PKS disana (dalam koalisi), komunikasi harus diperbaiki sebab di negara ini tidak ada kekuatan yang dominan di atas 50 persen. Bahkan ke teman-teman PKS saya katakan, (jika) bisa meraih diatas 50 persen harus tetap berkoalisi,” ujar dia.

Jadi, kata dia, siapapun yang berkuasa harus menjalin koalisi intensif kalau tidak salah paham terus. Apalagi, buat dia, warga Indonesia ini memiliki potensi salah paham yang tinggi. Sebab, terdiri dari suku-suku yang berbeda, partai yang berbeda. Maka, menurutnya, hal-hal semacam hak angket tersebut, harus kerap dikomunikasikan di dalam koalisi.

Hal ini dianggap sebagai cara penyelesaian masalah, jika terjadi perbedaan cara pandang terhadap sesuatu hal, yang terdapat di dalamm koalisi. “Jadi nanti pernyataan yang keluar dari koalisi, hanya satu suara saja,” tutur Tifatul.

Maka kejadian di parlemen, yang mengakibatkan perbedaan pendapat di antara fraksi itu, tidak perlu terjadi. “Dikomunikasikan lah, jangan kekuatan sebesar ini tidak dikonsolidasikan, saya sering mengatakan itu tanda tak bersyukur,” tutup Tifatul.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement