REPUBLIKA.CO.ID,Diktator Libya, Muammar Gaddafi menyetujui usulan Presiden Venezuela, Hugo Chavez untuk menjadi mediator dalam rangka menyelesaikan krisis dan instabilitas di Libya.
Usulan itu mengemuka di saat negara-negara Barat, rakyat Libya, dan bahkan Seif al-Islam, putra Gaddafi, menentang keras mediasi tersebut. Kamis (4/3), terjadi bentrokan sengit antara pasukan pro-Gaddafi dan para demonstran. Pasukan pro-Gaddafi menggunakan senjata berat terhadap para demonstran. Sebuah gudang persenjataan di kota Ajdabiyah juga dibombardir oleh pesawat tempur Libya.
Aljazeera melaporkan, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Philip Crowley mengatakan, "Mengenai apa yang harus dilakukan Gaddafi untuk mengutamakan kepentingan rakyatnya, tidak perlu dibentuk sebuah komisi internasional."
Di lain pihak, Menteri Luar Negeri Prancis juga menyatakan bahwa segala bentuk usulan dan langkah yang dapat membantu Gaddafi mempertahankan kekuasannya, akan ditolak oleh Barat.
Menanggapi usulan mediasi Hugo Chavez, Seif al-Islam, putra Gaddafi mengatakan, "Kami adalah sebuah negara di Afrika Utara dan Venezuela di Amerika Latin, kami dapat menyelesaikan masalah kami sendiri dan kami tidak memerlukan campur tangan pihak asing."
Laporan lainnya menyebutkan, seluruh lintas perbatasan Libya telah dikuasai oleh pasukan pro-Gaddafi guna mencegah keluarnya arus pengungsi.
Polisi Internasional (Interpol) juga telah mengeluarkan surat penangkapan bagi Gaddafi dan 15 orang terdekatnya. Berdasarkan surat tersebut, seluruh negara diwajibkan untuk menangkap Gaddafi dan para kroninya serta menyerahkan mereka kepada Mahkamah Pidana Internasional.