REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Wartawan senior Rosihan Anwar (89) pada Senin malam masuk ruang perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (MMC), Kuningan, Jakarta Selatan.
"Benar, beliau dirawat di sini. Beliau masuk sejak pukul 18.06 WIB," kata Jono, petugas hubungan masyarakat Rumah Sakit MMC Kuningan. Menurut Jono, Rosihan Anwar ditangani oleh dr Idrus Alwi.
Sebagai wartawan, Rosihan Anwar yang lahir di Kubang Nan Dua, Sumatera Barat, pada 10 Mei 1922, memulai karir sejak 1943 di Asia Raya, kemudian redaktur harian Merdeka (1945), dan Pemimpin Redaksi harian Pedoman.
Ia adalah salah seorang wartawan Indonesia yang meliput Konperensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag pada 1949, saat Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia.
Peristiwa bersejarah meliput KMB itu telah dibukukannya, dan terbit bertepatan dengan hari ulang tahun ke-88 di Hotel Santika Jakarta. Buku "Napak tilas ke Belanda: 60 Tahun Perjalanan Wartawan KMB 1949" tersebut merupakan salah satu dari setidak-tidaknya 22 buku karyanya.
Pak Ros, demikian sapaan akrabnya di kalangan wartawan, juga salah seorang pendiri Perusahaan Film Nasional (PFN) pada 1950. Ia juga wartawan peliput film, dan pernah membintangi film berjudul "Krisis".
Ia dikenal aktif mengikuti berbagai kegiatan publik, dan pada Kamis (24/2) aktif mengikuti diskusi "Peliputan Konflik dan Traumatik" di Sekretariat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Saat itu, ia menegaskan bahwa wartawan bukanlah pemangku kekuasaan dalam proses demokrasi.
"Tidak benar kalau ada orang yang beranggapan wartawan itu pemangku kekuasaan dalam demokrasi. Wartawan itu yang menjaga untuk menjamin demokrasi dapat berlangsung," katanya pemilik rumah di Jalan Surabaya Nomor 13, Menteng, Jakarta Pusat itu menegaskan.