Rabu 16 Mar 2011 06:40 WIB

Untuk Pulih Kembali, Produksi Minyak Libya Butuh Waktu

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Produksi minyak Libya akan membutuhkan beberapa waktu untuk kembali normal, kepala National Oil Corporation mengatakan Selasa, karena beberapa instalasi rusak dalam pertempuran antara pasukan pemberontak dan pemerintah. Shokri Ghanem juga mengatakan kepada Reuters bahwa instalasi minyak Libya di Ras Lanuf, Brega, Es Sider dan Mellitah adalah "sepenuhnya" di bawah kontrol pusat dan pekerja minyak sedang menilai kondisi fasilitas.

"Orang-orang datang kembali dan kembali ke pekerjaan mereka," kata Ghanem kepada Reuters melalui telepon dari Libya. "Ini tidak berarti produksi akan kembali dalam satu hari atau dua hari. Ini akan memakan waktu lama, ada banyak kerusakan dan ada banyak penjarahan."

Pemberontakan terhadap penguasa Muammar Gaddafi telah mengurangi tajam produksi minyak di Libya, biasanya produsen terbesar ketiga Afrika itu dengan produksi 1,6 juta barel per hari, atau hampir dua persen dari pasokan dunia. Ghanem mengatakan produksi minyak Libya minggu lalu telah jatuh ke sekitar 500.000 barel per hari dan tidak memberikan angka baru pada Selasa ketika memberikan update terakhirnya tentang keadaan industri minyak anggota OPEC itu.

Sebelumnya pada Selasa, kepala serikat pekerja minyak Libya mengatakan semua terminal ekspor minyak Libya kecuali Tobruk di timur kembali di bawah kontrol pusat. Sebuah perusahaan minyak berbasis di wilayah pemberontak, Agoco, mengatakan pada Selasa pihaknya sekarang hanya memompa minyak untuk Tobruk di ujung timur Libya setelah pasukan Gaddafi merebut kembali Ras Lanuf.

Ghanem juga mengatakan NOC telah memadamkan kebakaran tangki minyak di terminal Ras Lanuf, yang rusak akibat pertempuran di sana. Dia telah telah khawatir bahwa api bisa menyebar ke tangki penyimpanan lain di fasilitas itu. Kepala NOC mengatakan, dia telah meminta kepala perusahaan minyak Italia Eni SpA, operator minyak asing terbesar Libya, untuk membantu mengatasi kebakaran, tetapi ENI tidak menanggapi.

sumber : antara/reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement