REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR--Industri takaful keluarga diperkirakan tumbuh lima kali lipat pada dekade mendatang seiring dengan semakin menariknya industri itu bagi nasabah non muslim. Takaful keluarga sekarang memiliki pangsa pasar 2,5 persen dari industri asuransi jiwa keseluruhan. Diperkirakan pangsa pasarnya akan mencapai 10 persen dalam 10 tahun ke depan.
“Populasi muslim saat ini berjumlah di atas satu miliar jiwa, tapi saya pikir bukan hanya komunitas itu yang menjadi pasar. Tren produk takaful keluarga seimbang antara muslim dan non muslim,” kata Managing Director FWU Global Takaful Dubai, Manfred Dirrheimer.
Ia menambahkan target pangsa pasar takaful keluarga sebesar 10 persen dapat tercapai, walau sejumlah orang pesimis mengenai industri itu karena minimnya instrument syariah yang dapat digunakan pelaku sebagai tempat investasi dan keraguan takaful sesuai panduan syariah. Menurut Ernst&Young, premi asuransi syariah secara global diperkirakan tumbuh menjadi 8,8 miliar dolar AS pada akhir tahun ini, dibanding 3,4 miliar dolar AS pada 2007.
Sementara, ketatnya persaingan industri asuransi syariah di Malaysia dengan masuknya empat pemain baru tahun ini membuat Takaful Malaysia membidik negara Asia lainnya, khususnya Indonesia yang dilihat sebagai pasar yang atraktif. “Saya pikir regulasi di Indonesia akan berubah karena pemerintah Indonesia mulai bergerak mempromosikan keuangan syariah,” kata Group managing director Takaful Malaysia, Datuk Mohamed Hassan Md Kamil, dikutip laman btimes.com.my.
Di Indonesia, Takaful Malaysia telah menguasai 56 persen saham di Syarikat Takaful Indonesia, selain Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang juga menjadi salah satu pemegang saham Syarikat Takaful Indonesia dengan porsi 5,91 persen. Namun saat ini Syarikat Takaful Indonesia baru berkontribusi sekitar lima persen bagi pendapatan grup Takaful Malaysia.
“Kami berharap hubungan antara dua entitas (Takaful Indonesia dan BMI) diperkuat. Kami telah meningkatkan persentase kepemilikan saham yang cukup signifikan di Takaful Indonesia tahun lalu. Saya pikir mitra bank kami mungkin akan tertarik untuk juga berinvestasi lebih banyak,” kata Hassan. Ke depan, lanjut dia, pihaknya pun memilih untuk fokus pada produk bancassurance.
Pada awal September 2010 Bank Negara Malaysia telah mengeluarkan izin empat asuransi syariah. Seluruh perusahaan asuransi syariah baru tersebut adalah hasil patungan sejumlah perusahaan.
Asuransi syariah pertama adalah hasil patungan dari American International Assurance Berhad (70 persen) dan Alliance Bank Malaysia Berhad (30 persen). Selanjutnya AMMB Holdings Berhad (70 persen) dan Friends Provident Group plc, UK (30 persen). Asuransi syariah ketiga, ING Management Holdings (Malaysia) Sdn Bhd (60 persen), Public Bank Berhad (20 persen) dan Public Islamic Bank Berhad (20 persen).
Asuransi syariah terakhir adalah The Great Eastern Life Assurance Company Limited (70 persen) dan Koperasi Angkatan Tentera Malaysia Berhad (30 persen). Dengan kehadiran empat asuransi syariah baru tersebut kini jumlah asuransi syariah di Malaysia mencapai 12 unit.