REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Pada putaran perang mendatang, Israel dikabarkan akan mengerahkan pasukannya menyerang wilayah geografis terpisah untuk mengobarkan api perang dalam skala besar dan mematikan. Demikian ungkap seorang pejabat senior militer Israel.
Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, Amos Yadlin, mengatakan, perang babak berikutnya tidak akan terfokus pada satu wilayah saja. "Tapi akan menggabungkan dua atau tiga sekaligus," demikian dilaporkan situs Yediot Aharonot (3/11).
Menyinggung serangan militer Israel ke Jalur Gaza di akhir tahun 2009 dan ke Lebanon selatan pada tahun 2006, Yadlin menegaskan, "Tidak seorang pun yang dapat memprediksikan masa depan sesuai dengan apa yang terjadi selama Operasi Cast Lead atau Perang Lebanon Kedua".
Bombardir militer Israel di dua perang itu telah menelan nyawa 1.400 warga Palestina dan 1.200 warga Lebanon. Sebagian besarnya adalah warga sipil. "Berikutnya akan jauh lebih besar, dalam lingkup yang lebih luas, dan tentu dengan korban yang lebih banyak," tambah Yadlin.
Israel mengklaim eksistensinya pada tahun 1948, selama serangan militer massif ke negara-negara Arab. Pada tahun 1967, rezim Zionis Israel menduduki dan menganeksasi berbagai wilayah Palestina.
Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) menunjukkan perlawanan heroik pada Perang Gaza yang berlangsung selama 22 hari. Serangan roket rakitan Hamas menimbulkan korban dan kerusakan properti yang cukup besar bagi Israel. Namun tetap tidak dapat dibandingkan dengan korban dan kerugian dari serangan membabi-buta militer Zionis.
Di lain pihak, Gerakan Muqawama Lebanon (Hizbullah) berhasil mematahkan serangan Israel dalam perang 33 hari pada tahun 2006. Bahkan Tel Aviv dipaksa menarik mundur pasukannya tanpa mencapai satu pun tujuan.
Hizbullah menyatakan kesiapannya membalas segala bentuk kemungkinan perang oleh Israel. Gerakan ini menyatakan memiliki kemampuan untuk menghantam target yang lebih jauh di Israel dan dalam menyerang kapal-kapal perang Israel bahkan sebelum mereka mencapai perairan Lebanon.