Selasa 06 Jul 2010 07:53 WIB

Index Satal Temukan Cerobong Asap Bawah Laut

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ekspedisi Indonesia Exploration Sangihe Talaud atau Index Satal melalui kapal riset Amerikat Serikat Okeanos Explorer menemukan sejumlah biota laut unik dan banyak sekali "cerobong asap" (chimney) di kedalaman perairan Sangihe Talaud. "Saya sudah 22 tahun menjadi peneliti kelautan, tapi baru kali ini melihat biota laut yang unik seperti sejenis cumi yang saya duga spesies baru," kata Dr Jim Holden, perwakilan ilmuwan NOAA di Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) saat melepas Kapal Baruna Jaya IV di Tanjung Priok, Jakarta, Senin.

Kapal Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan melaksanakan misinya berlayar selama 35 hari mulai Selasa sore 6 Juli sampai 9 Agustus 2010, menyusul kapal riset milik National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) AS Okeanos Explorer yang telah berada di perairan Sangihe Talaud. Berbagai biota laut yang ditemukan di sekitar gunung api bawah laut bernama Gunung Kawio di kedalaman 1.800 meter tersebut sangat unik karena mampu hidup dalam tekanan hingga 180 bar, di suhu panas 350 derajat Celcius serta dalam kondisi gelap tanpa sinar matahari.

Sementara itu, Direktur Pusat Teknologi Sumberdaya Mineral Yusuf Surachman mengatakan, ratusan chimney (cerobong asap) bawah laut yang ditemukan pertama kali di Indonesia juga merupakan hal yang unik dari temuan ekspedisi Index Satal, hasil kerja sama Indonesia-AS.  Cerobong asap itu muncul akibat magma panas 350-500 derajat Celcius yang keluar dari celah hidrotermal gunung api bawah laut dan bertemu air laut yang sangat dingin 2,5 derajat Celcius dan kemudian mengkristal menjadi apa yang disebut sebagai cerobong asap, katanya.

"Cerobong asap ini hanya ada di laut dalam di mana terdapat aktivitas pegunungan api bawah laut. Cerobong ini tumbuh terus misalnya 1 cm per hari lalu sebagian mengendap di bawahnya, endapan ini kaya mineral," katanya.

Sedangkan Ketua Tim Riset Indonesia Index Satal dari BRKP, Sugiarta W Santosa mengatakan, Sangihe Talaud dipilih karena keunikan wilayahnya yang merupakan pertemuan tektonik lempeng dan pertemuan dua jalur gunung api besar dunia serta laut dalamnya yang potensinya belum banyak diekplorasi. Okeanos dengan kemampuan teknologi pemantauan laut dalamnya yang hingga 5.000 meter difokuskan pada pengambilan gambar bawah laut, yang hasilnya bisa dilihat langsung di BRKP Jakarta Utara dan Seatle AS, sedangkan Baruna difokuskan pada pengambilan sampel biota.

Sedangkan Ketua Tim Riset Baruna Jaya IV dari BPPT Wahyu W Pandoe, mengatakan, Baruna yang membawa 20 peneliti berbagai lembaga di Indonesia dan tiga peneliti AS yang baru berangkat pada Selasa, akan sampai di lokasi riset seminggu berikutnya dan bertemu dengan Okeanos pada 14 Juli. Index Satal 2010 akan memfokuskan penelitian dalam beberapa bidang yaitu pemetaan batimetri, celah hidrotermal, vulkanologi, geologi kelautan, habitat kelautan, oseonografi fisika dan biologi, hidrografi, flora dan fauna laut dalam serta perikanan.

Hadir dalam pelepasan Baruna Jaya dalam rangka ekspedisi Index Satal tersebut Duta Besar AS Cameron Hume, Kepala BRKP Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Gelwyn Yusuf, Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam Ridwan Djamaluddin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement