Rabu 21 Jul 2010 05:37 WIB

Pemanasan Global, Pelabuhan Nasional Terancam Tenggelam

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN--Pemanasan global diyakini akan menenggelamkan sejumlah pelabuhan nasional di Indonesia antara 30 tahun hingga 50 tahun mendatang seiring meningkatnya permukaan air laut setiap tahun. "Seperti pelabuhan di Pulau Sumatera sepanjang pantai Timur ke arah Selat Malaka dan Kalimantan Selatan. Bahkan, pada tahun 2050 Bandara Sukarno-Hatta Tengerang diprediksi akan tenggelam," kata Pakar Lingkungan Nasional, Razak Manan, di Banjarmasin, Selasa (20/7).

Kondisi tersebut, jelas dia, juga diperkirakan dialami Pantai Kuta Bali karena pengaruh arah angin. Apalagi mengingat pertumbuhan kenaikan permukaan air laut per tahun yang rata-rata mencapai 0,8 centimeter. "Dengan pertumbuhan tersebut, estimasi pengurangan daratan di Indonesia antara 70 centimeter hingga 1 meter," katanya.

Ia mengatakan pelabuhan Tanjung Perak Surabaya juga akan bernasib serupa menyusul sering terjadinya banjir akibat rob di sana. Akan tetapi, imbuh dia, ukuran tinggi air lautnya berbeda dengan daerah lain.

Ancaman penenggalaman sejumlah pelabuhan maupun bandara, ungkap dia, dipengaruhi sisi topografis dan pergerakan angin muzon di wilayah tersebut. Untuk meminimalkan dampak pemanasan global, ia berencana berpartisipasi dalam pertemuan skala internasional di Manila. "Di negara itu, kami akan mempresentasikan makalah berjudul 'Mitigation in Indonesia Port Corporation' yang diharapkan dapat memberi solusi kepada sejumlah negara di dunia," katanya.

"Bagi masyarakat awam, kami harap mulai saat ini meningkatkan kesadarannya terhadap dampak pemanasan global. Apalagi, masalah lingkungan adalah masalah global," katanya. Ia optimistis, upaya tersebut dapat meminimalkan naiknya permukaan air laut, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan berupaya menanam pohon.

"Langkah awal tersebut dapat dilakukan di sejumlah kota meliputi Banjarmasin, Surabaya, Bali, Jakarta dan Belawan. Untuk di Banjarmasin, beberapa puluh tahun mendatang diprediksi tenggelam 30 persen," kata pria yang juga berpredikat sebagai Komisaris PT Pelindo I (Persero). Ia menyatakan perkiraan kondisi Banjarmasin karena berdasar studinya, kota itu sering menjadi tempat pembalakan liar.

Apalagi, diperkirakan kadar karbondioksida/CO2 yang bermuara terhadap pemanasan global naik 2 persen tiap tahun. Kenaikan itu dipengaruhi peningkatan kadar enam gas rumah kaca yang menyebabkan kadar karbondioksida di bumi melampaui ambang batas. "Contoh gas-gas seperti metana (CH4), karbondioksida (CO2), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC), dinitro oksida (N20) dan heksafluorida (SF6), mereka menyebabkan panas bumi di Dubai naik menjadi 64 persen, padahal hanya dibanding sepekan sebelumnya, yakni 60 persen," katanya.

sumber : Ant
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement