REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Meski aktivitas merapi semakin menurun, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono, akrab disapa Mbah Rono, belum akan mengubah status AWAS Gunung Merapi. Sebab masih harus ada pengkajian data aktivitas magma dalam yang disurvei di Yogyakarta, Klaten, Boyolali, dan Magelang.
"Data ini saya kaji ulang sampai tiga kali," kata Surono dalam acara Malam Peduli Merapi Berasama Relawan, di LPP Convention Hotel, Selasa (30/11). Menurutnya, masih terjadi keaneah-keanehan dari pergerakan magma dalam ini yang patut dipertanyakan. Pergerakan magma dalam inilah yang juga membuat letusan Gunung Merapi pada 26 Oktober lalu berbeda dengan letusan yang lain.
Data yang diambil di beberapa daerah tersebut diukur dalam rentang waktu 5 sampai 8 jam. Proses pengkajian dan penelitiannya pun membutuhkan waktu. "Kalau itu (data) ada indikasi positif tidak ada aktifivtas magma dalam, maka kita turunkan," ujar Surono. Jika aktivitas Gunung Merapi saat ini hanya karena penumpukan material di lerengnya, maka status AWAS bisa dimungkinkan untuk diturunkan.
Meski ada beberapa elemen masyarkat yang meminta untuk menurunkan status Gunung Merapi saat ini. Surono memilih untuk tidak mengubahnya sebelum pengkajian data tersebut selesai sepenuhnya. "Saya dibayar untuk dimarahi," katanya. Dia siap untuk menerima kemarahan pihak manapun yang tidak terima dengan status AWAS yang belum diturunkan.
Lebih lanjut, Surono menjelaskan bahwa bencana letusan gunung api berbeda dengan gempa bumi. "Bencana letusan gunung api itu sinema, harus lihat sampai The End," ujarnya. Serangan gempa bumi cenderung langsung selesai. Namun untuk letusan gunung api, ancamannya masih akan ada selama masih ada aktivitas dari gunung tersebut.
Oleh karena itulah, hingga saat ini Surono juga enggan memberikan rekomendasi pada Tagana (Taruna Tanggap Bencana) untuk melakukan evakuasi. Sebab ancaman awan panas masih masih bisa terjadi. "Saya tidak akan memberi rekomendasi, orang masih akan kena awan panas," katanya.
Dia menyarankan Tagana untuk tidak hanya beraksi ketika peluit bahaya sudah dibunyikan. Tetapi mampu mendidik masyarakat di rawan bencana untuk bisa menghadapi bahaya, sebelum ancaman itu terjadi.