JAKARTA--Krisis air bersih yang melanda sejumlah wilayah di DKI Jakarta, akibat terganggunya distribusi air dari operator air bersih, PT Pam Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta membuat warga kesulitan. Sejumlah warga terpaksa menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Erwan Nuryadi, warga Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, mengatakan dirinya terpaksa menampung air hujan yang sempat mengguyur Ibu Kota, lantaran air PAM (Perusahaan Air Minum) yang sampai ke rumahnya sangat kecil. "Untuk mandi saja tidak cukup, apalagi untuk yang lainnya," kata Erwan, Ahad (9/5).
Menurut Erwan, meskipun volume air hujan yang telah ditampung tidak banyak, namun adanya air hujan sedikit membantu. Air hujan tersebut, kata dia, bisa digunakannya untuk mencuci pakaian dan perkakas rumah.
Hal serupa juga dilakukan Sukardi, warga Kelurahan Karettengsin, Jakarta Pusat, Sukardi, mengaku sudah mengalami krisis air bersih selama sepekan. Bahkan sebelum air terhenti, volume air yang diterima warga sangat kecil dan berwarna kuning kecoklatan.
Sukardi meminta agar operator pelayanan air bersih segera menyelesaikan permasalahan distribusi air bersih yang terganggu. Karena pemberhentian aliran air sangat fatal bagi kelangsungan hidup keluarganya. Akibatnya, dia dan keluarganya harus meminta air kepada tetangga yang memakai air tanah. “Padahal pemerintah melarang warga memakai air tanah. Tapi kalau begini terus, saya mau berhenti saja jadi pelanggan air pam. Lebih baik saya gunakan air tanah. Jadi tidak mengalami gangguan air bersih,” ujarnya kesal.
Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, telah mendesak kedua operator air bersih agar distribusi air bersih untuk warga Jakarta sudah harus kembali normal paling lambat Senin (10/5)