Senin 24 May 2010 03:16 WIB

MRT DKI Tidak Tepat, Karena Boros Biaya

Rep: C21/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA- Pemerintah DKI Jakarta berencana membangun 12 stasiun kereta bawah tanah (Mass Rapid Transit) sebagai solusi kemacetan DKI Jakarta. Rencananya, proyek ini dimulai 2012 nanti.

Namun menurut pengamat transportasi Irwan Katili proyek MRT terlalu ambisius. Apalagi jika dibuat sekarang. Pasalnya, MRT membutuhkan anggaran yang besar, terutama untuk membuat fasilitas penunjang di bawah tanah, seperti membuat terowongan, jaringan listrik dan komunikasi.

“ Sedangkan sekarang, hal ini tak tepat. Apalagi melihat keuangan Pemda DKI yang minim,” ujarnya kepada Republika, Ahad (23/5). Pengamat dari UI ini pun mengatakan membuat MRT di bawah tanah juga amat riskan. Pasalnya Jakarta merupakan daerah yang rawan banjir. Sehingga, akan sangat mahal bila membuat terowongan dengan lapisan baja tahan air.

Menurutnya lebih baik pemerintah membuat sistem tramway. Ia beranggapan transportasi ini lebih murah dan berdaya tampung besar “Bahkan beberapa negara seperti Jerman dan Prancis sekarang mulai mencoba kembali ke bentuk transportasi ini (tramway),” ujarnya.

Hal senada juga diutarakan pengamat transportasi UI lainnya, Jachrizal Sumabrata. Ia mengatakan MRT tak menyelesaikan kemacetan yang ada di Jakarta. Menurutnya kemacetan merupakan hal lumrah yang dihadapi kota besar. Tak ada obat yang mujarab,” ujarnya.

Setiap harinya, diperkirakan 20 juta kendaraan melintasi kota Jakarta. Jumlah angkutan umum yang ada hanya sekitar 10 hingga 20 persennya saja. Ia mengatakan peningkatan pelayanan angkutan publiklah yang seharusnya dilakukan. Sehingga masyarakat mau beralih ke kendaraan umum.

“ Busway, Blok M-Kota misalnya, sebenarnya bisa mengangkut 20 ribu orang per perjalanan per jam,” jelas pakar yang biasa dipanggil Jack ini. “ Namun, kini baru bisa mengangkut 10 ribu orang per perjalanan per harinya, ini yang harus dimaksimalkan,”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement