REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK- Kasus pencurian sepeda motor di Depok meningkat. Dalam satu bulan saja, terjadi sedikitnya 30 kasus curanmor di kota seluas 20.504 hektar ini.
Menurut Kasat Reskrim Kepolisan Resort (Polres) Depok, Kompol Ade Rahmat dalam sehari pencurian bahkan bisa mencapai sembilan kasus. “ Pelakunya pun tak segan menggunakan sejata api saat beraksi,” ujarnya kepada wartawan di Polres Depok, Ahad(30/5).
Depok memiliki 11 kecamatan yakni Kecamatan Beji, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Limo, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Bojong Sari, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Cipayung dan Sukmajaya. Kecamatan Beji memiliki angka kerawanan tertinggi.
Hal ini terjadi karena banyaknya kampus yang berada di wilayah tersebut, seperti Universitas Indonesia, Universitas Guna Darma, dan Kampus Bina Sarana Informatika. Selain itu, banyaknya rumah kos dan warnet, juga disinyalir sebagai alas an tingginya curanmor di daerah ini.
“ Modusnya mereka berkeliaran di wilayah kampus di siang harinya. Lalu, di sore hari dan malam, mereka baru beroperasi di tempat kos dan warnet,” jelas Ade.
Ia mengatakan kebanyakan pelaku curanmor merupakan komplotan yang memang sudah lama ada dan cukup meresahkan warga. Menurutnya para pelaku hanya butuh waktu dua menit saja untuk mencuri motor. Mereka menggunakan kunci leter T dan alat bongkar kotak kunci saat mencuri.
Selain curanmor, kasus pencopetan juga tinggi di kota ini. Para pencopet tersebar di empat stasiun kereta listrik (KRL) di Depok yakni Stasiun Universitas Indonesia, Stasiun Pondok Cina, Stasiun Depok Baru dan Stasiun Depok Lama.
Ade menjelaskan modus pelaku mengambil barang-barang saat korban berdesak-desakan di dalam kereta. Dompet dan telepon genggam merupakan tujuan kebanyakan pencopet. “ Jadi masyarakat diminta selalu hati-hati dan awas di setiap kesempatan,” ujarnya.
Menanggapi hal ini, Risma (38), warga Beji, mengaku cemas dengan banyaknya pencurian dan pencopetan yang terjadi. Ia mengatakan kepolisian hendaknya mengoptimalkan apartanya untuk membasmi kejahatan yang terjadi.
Hal senada juga diakui Ginanjar (22). Menurutnya, untuk membasmi pencopet di kereta, anggota polisi berpakaian preman sebaiknya banyak diturunkan. “ Apalagi di KRL ekonomi, biar pada takut copetnya,” ujar warga Tapos ini.