REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI--Maraknya kasus ledakan gas tiga kilogram yang terjadi di masyarakat bukan disebabkan oleh tabung gas elpiji tiga kilogram melainkan faktor lain. "Tabung gas bukan penyebab terjadinya ledakan" tegas Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan kepada wartawan setelah memberikan bantuan kepada korban ledakan gas elpiji di Bekasi, Selasa (15/6).
Menurut Juru Bicara Pertamina, Basuki Trikorat Putra, kasus ledakan yang terjadi disebabkan oleh kebocoran gas elpiji, melalui selang, kompor, dan kurangnya pemahaman masyarakat untuk menghadapi potensi bahaya kebocoran gas tersebut. "Belum ada penyebab kebakaran atau ledakan yang disebabkan oleh tabung gas elpiji tiga kilogram" tutur dia.
Basuki mengatakan tabung gas elpiji yang dikeluarkan oleh Pertamina sudah berstandar nasional Indonesia (SNI). Di seluruh Indonesia ada 45 juta pengguna konversi tabung gas elpiji tiga kilogram. Para pengguna tersebut mendapatkan asuransi dari Pertamina. Para pengguna harus menunjukkan surat atau kartu saat pemberian tabung gas elpiji.
Akan tetapi jika si pengguna sudah tidak menyimpannya maka harus meminta keterangan dari RT setempat. Basuki menjelaskan, asuransi yang diberikan kepada korban meninggal dunia akibat kecelakaan tabung gas nilainya Rp 25 juta dengan biaya pemakaman RP 2 juta. Sedangkan korban luka akan mendapatkan biaya perawatan hingga sembuh.
"Sepanjang 2010 telah terjadi 30 kasus ledakan dan kasus dominan di DKI" ujar Basuki. Sementara itu sejak dibagikannya konversi tabung gas tiga kilogram pada 2007 hingga saat ini Pertamina telah mengeluarkan Rp 2,5 miliar untuk asuransi bagi para pengguna yang menjadi korban ledakan gas.
Karen mengimbau masyarakat agar tidak meletakkan kompor gas dan tabung di ruangan yang tertutup tanpa udara. Selain itu masyarakat diminta untuk meletakkan tabung pada tempat yang datar atau rata. "Jika terdengar desis dari tabung gas elpiji dan tercium bau gas maka jangan nyalakan kompornya" tegas Karen.