REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebelum tewas dianiaya, keadaan anak berusia tiga tahun, Alfredo, tidak pernah diberitahukan oleh Katherin dan Chang Yu, penganiaya sekaligus keluarga dekatnya. Ini membuat orang tua Alfredo baru tahu belakangan bila anaknya telah tewas.
''Komunikasi terputus,'' ujar ayah Alfredo, Susanto, saat dihubungi, Kamis (16/9). Pernah anaknya dibawa keluarga dekat di Batam. Kalau Alfredo memecahkan gelas misalnya, kemudian pantatnya dipukul maka pasti Susanto diberitahu.
Selama dibawa tante dan kakeknya itu dari Batam, Riau, ke Jakarta untuk main, komunikasi terputus. Alfredo dibawa ke Ibu Kota sejak 18 Agustus lalu. Pada akhir bulan itu, Susanto berkali-kali menghubungi telepon seluler Katherin, namun tidak diangkat. Susanto tidak kehilangan akal. Dia menghubungi telepon rumah di Jl Pulomas Barat X No 8, Jakarta Timur. Chang Yu mengangkat telepon.
Kepada Chang Yu, Susanto menanyakan kapan anaknya akan dipulangkan ke Batam. Chang Yu mengatakan Alfredo belum bisa segera dipulangkan, karena harga tiket masih mahal. Susanto percaya begitu saja. Namun beberapa hari kemudian terdengar kabar anaknya tewas dianiaya.
Anak tiga tahun itu dipukuli. Karena tidak kuat menahan pukulan, Alfredo terjatuh dari tangga dengan ketinggian 4,5 meter. kepalanya terbentur lantai hingga tewas. Luka lebam dan luka bakar ditemukan pada jenazahnya.
Susanto beserta istrinya, Elny menangis sekuatnya saat mendengar anaknya tewas. Katherin dan Chang Yu tidak disangka tega melakukan itu. ''Keduanya keluarga kami,'' papar Susanto saat dihubungi. Saat ini keduanya mendekam dibalik jeruji besi Mapolres Jakarta Timur. Susanto pun meminta keduanya ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.