REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Banjir di Jakarta tidak akan surut hanya dengan kanal banjir timur (KBT). Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo menegaskan dengan tembusnya Kanal Banjir Timur (KBT) pada akhir Desember tahun lalu tidak langsung dapat menyelesaikan atau menghilangkan masalah banjir di wilayah Jakarta Timur. “Selama ini, KBT seakan-akan bisa menyelesaikan permasalahan banjir di Jakarta,” katanya pada Jumat, (8/10).
Ia menilai masih perlu program pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana sebagai pendukung kapasitas KBT dalam menampung aliran air dari lima sungai di Jakarta. Salah satunya, yaitu melakukan pembangunan waduk di Marunda dan Rorotan. Kedua waduk ini bisa difungsikan untuk menampung aliran air hujan serta normalisasi saluran penghubung mikro di wilayah Timur.
Dia mencontohkan, KBT bisa berfungsi maksimal dalam mengantisipasi banjir atau genangan di Jakarta Timur, jika di Rorotan dan Marunda dibangun waduk. Sebab di kedua wilayah tersebut belum ada waduk untuk menampung air hujan dengan sisten polder atau pompa. Paling sedikit, dua waduk ini harus bisa diselesaikan agar wilayah timur bisa terjamin. “Akhirnya pun penanganan banjir berjalan efektif dan keberadaan KBT berfungsi dengan baik untuk mengurangi banjir dan genangan air,” ujarnya.
Untuk KBT sendiri, pembangunannya sudah selesai 75 persen. Sisanya, masih ada yang harus dibebaskan lahannya. Sedangkan untuk aliran air di KBT yang tembus ke laut sudah berhasil dilakukan. Selebihnya, lanjut Foke, KBT masih bisa menampung 80 meter kubik per detik air tambahan.
Ia mengatakan pembebasan tanah yang harus dilakukan itu sebagai elemen pendukung serta jalan inspeksi di KBT. Tata ruang KBT pun akan diatur menyesuaikan tata ruang yang baru. “Yang jelas masih banyak yang harus dibebaskan. Sebagian harus tahun ini. Karena ada konsenyasi, ada pendataan dan musyawarah,” tutur Fauzi.
Pekerjaan lain yang masih perlu dilakukan adalah pengerukan atau normalisasi saluran penghubung di sekitar Kali Sunter, yaitu saluran mulai dari Pulogadung hingga pinggir Jalan Yos Sudarso. Kondisi saluran tersebut sudah dipenuhi dengan lumpur sehingga jika hujan derah saluran tersebut tidak bisa berfungsi optimal.
Juga untuk menangani aliran air di daerah hulu Sunter, diperlukan pembangunan waduk di Halim. Karena selama ini, air mengalir ke Kalimalang yang memiliki empat saluran yang seluruhnya penuh dengan sampah dan lumpur sehingga aliran air terhambat. Saat ini, Pemprov telah membersihkan dua saluran sehingga bisa berfungsi dengan baik. “Ya paling tidak air mengalir lebih cepat dari sebelumnya,” ujarnya.
Masyarakat pun diminta tidak salah persepsi bahwa dengan satu langkah, semua masalah di Jakarta bisa selesai. Jangan langsung mengatakan kok sudah ada KBT, banjir belum bisa tertangani. “Kita utamakan yang mainstreamnya, baru yang lainnya kita selesaikan secara bertahap,” tuturnya.