REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sterilisasi jalur transjakarta atau busway berdampak positif terhadap peningkatan pelayanan bus transjakarta, terutama pada peningkatan waktu tunggu. Program ini dimulai sejak 2 Agustus 2010 di empat koridor yaitu Koridor I (Blok M-Kota), Koridor III (Kalideres-Harmoni), Koridor V (Kampungmelayu-Ancol) dan Koridor VI (Ragunan-Harmoni).
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengadakan survei pada 25-27 Agustus 2010 dengan 1.000 responden yang terdiri dari pengguna transjakarta, pengendara kendaraan pribadi dan pengguna angkutan umum non transjakarta. Hasilnya, YLKI menemukan sebelum program sterilisasi dijalankan, 84 persen penumpang menunggu lebih dari 15 menit.
Sementara setelah sterilisasi dilakukan, sebanyak 55 persen penumpang menunggu diantara 5-15 menit. Artinya, waktu tunggu para pengguna busway menjadi lebih singkat dari sebelumnya. Tidak hanya itu, pasca-sterilisasi, waktu tempuh penumpang untuk jarak tempuh yang sama menjadi lebih cepat lagi, yaitu antara 2 hingga 10 menit dari waktu tempuh sebelum sterilisasi.
Anggota pengurus harian YLKI, Tulus Abadi, mengatakan hasil survey juga menunjukkan adanya tingkat kepatuhan pengguna jalan untuk tidak memasuki koridor Transjakarta. Persentasenya mencapai lebih dari 50 persen. Hal ini mengindikasikan adanya kesadaran pengguna jalan untuk tidak menyerobot jalur busway.
Sayangnya, ia menilai rendahnya penegakan hukum menjadi pemicu utama untuk terjadinya penyerobotan pengguna jalan atau kendaraan peribadi di koridor busway. Terbukti dari hasil survey sebanyak 56 persen responden mengaku menyerobot jalur Transjakarta karena mereka yakin tidak akan ditilang oleh pihak kepolisian. “Penilangannya masih rendah,” katanya.
Dari survey ini pun menunjukkan bahwa hampir 60 persen responden akan tetap menjadi pengguna, bahkan akan beralih menjadi pengguna bus Transjakarta jika program sterilisasi jalur Transjakarta tetap dilanjutkan atau dipertahankan. Dari 60 persen responden ini, terdiri dari 28,80 persen pengguna bus Transjakarta menyatakan akan tetap menggunakan bus Transjakarta. Sekitar 31, 20 persen responden merupakan non-pengguna bus Transjakarta yang menyatakan akan berpindah ke bus Transjakarta, jika jalur bus Transjakarta tetap steril dari kendaraan pribadi atau angkutan umum lainnya.