REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Suara tangisan itu sudah terdengar ketika Deras baru saja naik tangga menuju lantai dua gedung Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa, di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Namanya Zidan Setiawan. Bocah kecil ini lahir 2 Oktober 2010 lalu. Ia tak berhenti menangis, bahkan suaranya hampir-hampir hilang, meskipun mulut mungilnya sudah dihadapkan ke dada sang ibu, Sukini (35) untuk disusui.
Zidan adalah bocah kecil yang terpaksa lahir premature, terlahir dengan berat badan hanya 1,8 kg. Sungguh malang nasib Zidan, bocah kecil ini terpaksa harus menelan mimpi untuk menikmati ASI. Dokter tempat Zidan dilahirkan di bilangan Jakarta melarang Sukini untuk menyusuinya, karena Sukini sudah terlalu sering mengkonsumsi obat 'kelas warung'. Sang ibu memang menderita hipertensi. Ini dikhawatirkan dapat meracuni Zidan lewat ASI. Singkat kata, Zidan harus diberi susu instan formula.
“Karena saya kan dulu sering minum obat banyak, kaya obat hipertensi dan lain-lain. Akhirnya disuruh kasih formula sama dokter, ya saya ngikut aja,” tutur Sukini. Bagi Sukini dan suami, Zidan adalah anak pertama yang sangat ditunggu-tunggu. Betapa tidak, Zidan adalah anak kelima sekaligus pertama bagi pasangan suami-istri ini. Pasalnya Sukini telah empat kali hamil dan empat kali itu pula dia keguguran. Tapi ternyata kebahagiaan itu kini harus melawan arus kondisi dan keadaan yang sedemikian rumitnya bagi Sukini.
Demi kesembuhan Zidan, apa pun mereka lakukan. Namun apa daya, Sukini hanya seorang ibu rumah tangga yang tinggal di sebuah kontrakan sempit di kawasan Jombang, Ciputat, Tangerang, Banten. Sehari-hari ia hanya menunggu suaminya pulang dari berjualan kue kering yang dititipkan ke warung-warung tetangga.
Di tengah kegelisahan Sukini dan suami menghadapi keadaan Zidan, mereka pun harus menelan getir dan pahitnya mencari tambahan dana untuk kesembuhan si buah hati. “Ya, namanya juga bapaknya cuma jualan kue, Mas, jangankan buat biaya berobat, buat makan aja udah serba kekurangan,” tutur Sukini.
Tapi bagi Sukini dan suami, keadaan yang sulit tidak mengendurkan usaha keras mereka untuk mengulas senyum dan tawa bahagia di wajah si mata wayang. Dan, ternyata kerja keras itu berbuah. Sukini dipertemukan dengan LKC DD. Sukini kini dapat sedikit tersenyum. Di LKC, Zidan mendapatkan perawatan kesehatan yang baik.
Melalui tangan-tangan cekatan tim dokter LKC, Zidan mulai diberikan perawatan dan pelatihan menyusui. Karena Zidan sejak terlahir belum terbiasa dengan ASI, maka dengan sabar Zidan dilatih dan dibiasakan untuk menyusu ASI dengan beberapa metode, seperti ditempelkannya selang lunak yang sudah diisi susu formula ke dada Sukini untuk dapat diisap Zidan, seolah-olah selang yang telah diisi susu itu adalah ASI, lalu setelah si anak sudah mulai bisa mengisap, maka akan diberikan ASI yang sebenarnya.
“Ya, Bu Sukini dipasangi selang berisi susu formula, karena beliau kan masih sedikit susunya. Jadi mesti dipancing dulu,” terang Rini, suster yang merawat Zidan. Dengan penanganan medis LKC DD yang baik dan optimal, kini Zidan perlahan mulai pulih dan bahkan berat badan Zidan naik menjadi 3,7 kg.