REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR--Angin kencang di perairan sebalah selatan Pulau Bali membuat para nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana enggan melaut. Kondisi seperti ini sudah berlangsung hampir dua bulan.
Nelayan bernama Abdul Latif mengakui hal itu. "Sejak akhir Mei nelayan sudah banyak yang menghentikan kegiatan melautnya," kata Latif, Selasa (20/7).
Ia mengutarakan, hembusan angin kencang secara rutin terjadi setiap tahun, yakni selama bulan Mei hingga Agustus. Kondisi kembali normal biasanya terjadi pada bulan September hingga April. Pada bulan Mei-Agustus angin kencang membuat para nelayan kerap menganggur. "Selain khawatir terjadi kecelakaan, angin kencang membuat tangkapan jadi sulit didapat," katanya.
Selain di Kabupaten Jembrana, angin kencang juga menerpa hampir seluruh daerah pesisir di Bali. Bahkan di Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung, hembusan angin itu menyebabkan belasan perahu nelayan jadi rusak dan nelayan setempat jadi enggan melaut.
"Sudah 16 perahu nelayan disini rusak. Sekarang mereka tak melaut dan lebih memilih memperbaiki perahunya," kata nelayan asal Kusamba, I Wayan Anik.
Dia menjelaskan, kerusakan itu disebabkan benturan antarperahu saat mereka berusaha menghindari kerasnya gelombang. Hembusan angin yang kencang membuat mereka tidak bisa mengendalikan perahunya dan akhirnya antarperahu saling berbenturan.
"Kerusakan paling banyak terjadi pada bagian kitir perahu," kata Anik. Akibat kerusakan itu, para nelayan menderita kerugian cukup besar, sampai Rp 500.000 per perahu.