REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Dusun Plumbon hancur karena tersapu awan panas dan lahar panas Merapi dan beberapa warga desa itu tewas. "Di Dusun Plumbon, kami menemukan ada sebuah keluarga yang meninggal dunia akibat awan panas, bahkan kami menemukan ada seorang korban yang memegang telepon selular," kata relawan dari Radio Komunikasi Balerante 907, Utha yang turut melakukan evakuasi.
Selama aktivitas Gunung Merapi mulai meningkat sejak Rabu (3/11), semua petugas selalu mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi bantaran sungai dengan jarak minimal 300 meter.
"Lahar yang masih panas tersebut bisa melimpah hingga ke bantaran sungai sehingga banyak menyebabkan korban. Banyak korban yang mungkin tidak terkena awan panas secara langsung tetapi terkena limpahan lahar," kata Utha.
Sementara itu korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat dini hari yang kini berada di instalasi Forensik RS Dr Sardjito Yogyakarta bertambah menjadi 35 orang. "Sebagian besar berasal dari Desa Argomulyo, yaitu dari Dusun Bronggang dan Dusun Plumbon," kata anggota Kedokteran Kepolisian Polda DIY Syahrizal di RS Dr Sardjito Yogyakarta, Jumat (5/11).
Menurut dia, kemungkinan jumlah korban akibat letusan Gunung Merapi tersebut masih bisa bertambah mengingat ada sebagian lokasi yang belum dapat dijangkau akibat lahar yang masih panas.
"Tim evakuasi membutuhkan alat berat dan juga air dalam jumlah yang banyak untuk bisa masuk ke wilayah tersebut dan melakukan evakuasi korban," lanjutnya yang memperkirakan jumlah korban letusan Gunung Merapi tersebut lebih besar dibanding letusan pada 26 Oktober.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) dibantu RS Dr Sardjito kini mulai melakukan identifikasi terhadap seluruh korban.