REPUBLIKA.CO.ID, SOLO--Penyakit menular melalui lingkungan masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yang berat bagi Pemerintah Kota Solo. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, Siti Wahyuningsih mengakui penyakit menular melalui lingkungan seperti Demam Berdarah (DBD), Diare, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih relatif tinggi.
“Penyakit menular seperti DBD menjadi PR berat. Di perkotaan, penyakit menular seperti itu memang kecenderungannya tinggi, tapi kami tentu tidak mau jumlah penderitanya tinggi,“ ujar Siti ditemui di kantor dinkes, Kamis (11/11).
Sejumlah penyakit menular melalui lingkungan, kata Siti, mendapat prioritas penanganan setiap tahunnya. Penyakit menular yang mendapat prioritas tersebut adalah DBD, diare, ISPA, HIV, dan TBC. “Khusus untuk TBC, angka kesembuhan di Kota Solo sudah 98 persen, tetapi yang dua persen ini masih memiliki potensi menularkan sehingga masih perlu mendapat perhatian khusus,“ jelasnya.
Ning, sapa akrabnya, mengakui program kesehatan yang dilaksanakan dinkes tiap tahun belum mendapatkan hasil optimal. Hal ini terbukti dengan perilaku sehat masyarakat yang masih minim. “Penanganan DBD itu sebenarnya mudah, tapi tinggal mau apa tidak masyarakatnya. Kesadaran masyarakat inilah yang masih terus didorong, “ ujarnya.
Perkembangan penyakit menular tersebut, lanjut Ning, perlu diwaspadai di musim hujan ekstrim seperti sekarang. Terlebih, Kota Solo masih memiliki masalah banjir sewaktu curah hujan tinggi. “Dalam kondisi cuaca seperti sekarang, selain DBD perlu diantisipasi pula penyakit leptosphirosis yang disebarkan melalui kencing tikus, “ imbuhnya.
Bing mengaku kasus leptosphirosis memang belum pernah ditemukan di Solo. Namun, banjir yang sedang melanda Solo membuat penyakit tersebut harus diwaspadai masyarakat. “Untuk mengantsipasi dampak dari banjir terutama dari sisi kesehatan, jangan terlalu lama kontak dengan genangan air. Bisa menularkan berbagai penyakit, “ tegasnya.
Untuk mencegah berbagai penyakit menular tersebut, Ning mengimbau agar masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dengan langkah itu, dia mengharapkan upaya pencegahan mulai tertanam di masyarakat. “Sehat dimulai dari individu, kemudian ke lingkungan keluarga, lalu berlanjut ke masyarakat. Karena itu, hidup sehat harus dimulai dari diri sendiri,'' tegasnya.