REPUBLIKA.CO.ID,SOLO--Kota Solo dirintis untuk menjadi pusat pengkajian dan pengembangan keris. Adanya pengrajin dan berbagai manuskrip tentang keris membuat Solo dinilai pantas menjadi pusat pendidikan senjata tradisional Jawa tersebut.
Adalah Forum Bawa Rasa Tosan Aji Soedjatmoko yang memiliki ide mengembangkan Solo sebagai pusat kajian keris. Forum tersebut beranggotakan para praktisi dan peneliti keris yang dideklarasikan pada 28 November 2010 lalu. Selain menjadikan pusat kajian keris, forum tersebut juga menggagas Kota Solo memiliki museum keris dan tempat penyelenggaraan konferensi keris internasional.
Menurut Ketua Forum, Joko Suyanto, Kota Solo memiliki sejumlah potensi yang dapat mendukung pusat pengkajian keris. Disebutkannya, masih ada delapan empu (pembuat keris) yang masih produktif di Kota Solo. “Selain empu, banyak pengrajin aksesoris keris seperti pengrajin sarung keris yang masih produktif. Jumlahnya sekitar 20an pengrajin, “ ujar Joko ditemui di Balaikota Solo, Kamis (18/11).
Selain memiliki empu dan pengrajin, sambungnya, Kota Solo juga memiliki berbagai manuskrip tentang keris. Manuskrip tersebut disimpan di sejumlah tempat seperti Museum Radya Pustaka, Sono Pustaka, dan di Istana Mangkunegaran. Tak hanya itu, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo juga memiliki sejumlah akademisi dan pemerhati keris. “Keris tersedia dan potensi Kota Solo jelas. Sehingga dengan itu, kita yakin Solo dapat menjadi pusat kajian keris, “ tegasnya.
Joko mengungkapkan salah satu tujuan untuk membuat pusat pengkajian tersebut untuk melestarikan keris. Usaha untuk melestarikan keris tersebut, ungkapnya, akan dilakukan melalui pembinaan pengrajin. “Banyak yang mengeluhkan banyak pekerja dari pengrajin keris yang beralih profesi seperti menjadi tukang batu atau penarik becak karena pasar keris sepi. Padahal mereka memiliki keahlian, karena itu kita berharap dapat mengembalikan minat mereka pada keris, “ terangnya.