Monday, 23 Jumadil Awwal 1446 / 25 November 2024

Monday, 23 Jumadil Awwal 1446 / 25 November 2024

'Masyarakat Sudah Kebal Kampanye Hitam'

Jumat 13 Jun 2014 16:20 WIB

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: A.Syalaby Ichsan

Pasangan Peserta Pemilu Presiden 2014 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla saling menyapa sebelum Debat Capres-Cawapres di Jakarta, Senin (9/6).

Pasangan Peserta Pemilu Presiden 2014 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla saling menyapa sebelum Debat Capres-Cawapres di Jakarta, Senin (9/6).

Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya menyerang cawapres nomor urut dua, Jusuf Kalla (JK), pada debat kandidat 9 Juni lalu ternyata menguntungkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Hal tersebut juga sekaligus merugikan bagi kubu Jokowi-JK.

Peneliti dari Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, pertanyaan JK terkait isu hak asasi manusia (HAM) kepada Prabowo ternyata sangat berpengaruh bagi peningkatan elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta.

Menurutnya, banyak swing voters menjadi simpati kepada Prabowo lantaran mereka menilai kandidat yang diusung Koalisi Merah Putih itu telah dizalimi oleh 'serangan' JK.

"Setelah saya cek di media sosial, banyak dari mereka yang bertanya-tanya, mengapa yang ditanyakan JK bukan soal program atau rencana perbaikan bangsa ke depan, tapi malah mengarah ke personal lawannya," ujar Jajat dalam Talk Show Perspektif Indonesia di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (13/6).

Menurutnya, masyarakat kini sudah mulai 'kebal' dengan berbagai isu bermuatan kampanye hitam maupun kampanye negatif. Kandidat yang melemparkan isu semacam itu, kata dia, malah tidak mendapat simpati dari masyarakat. "Sebaliknya, itu malah membuat mereka jadi antipati terhadap kandidat tersebut," imbuhnya.

Karenanya, ia menyarankan masing-masing kubu kandidat agar lebih menonjolkan soal visi, misi, dan program-program kandidat mereka ke depan dalam berkampanye.

"Dari data terakhir yang kami himpun, jumlah swing voters saat ini diperkirakan mencapai 14,9 persen. Kini tinggal bagaimana masing-masing kubu berusaha menarik mereka," katanya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler