REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kemenangan Koalisi Merah Putih dalam perebutan pimpinan MPR akibat retaknya modal politik dalam DPD RI, kata mantan Wakil Ketua DPD RI Laode Ida.
"Kemenangan KMP merebut pimpinan MPR sudah pasti tak bisa dilepaskan dengan retaknya modal politik di dalam DPD RI," katanya di Jakarta, Selasa (7/10).
Menurut dia, hal itu karena tak sedikit anggota DPD yang merupakan bagian dari kekuatan KMP, termasuk secara ideologis dan atau menjadi tim inti dalam kampanye pilpres mendukung Prabowo-Hatta.
"Ini juga tak bisa dilepaskan dengan risiko masuknya gerbong politisi menjadi anggota DPD RI," kata Laode.
Padahal, katanya, sebenarnya pembentukan DPD RI untuk kekuatan penyeimbang bagi DPR yang beranggotakan politisi partisan ideologis.
DPD RI, katanya, diharapkan tetap independen berbasis dan atau berjuang untuk kepentingan daerah, menetralisasi kepentingan politikus partisan dalam proses-proses pengambilan kebijakan di tingkat nasional.
Menurut Laode, dalam UU Pemilu 2004, memastikan calon anggota DPD harus minimal empat tahun bebas dari pengurus parpol.
"Tapi ketika para politisi partisan berniat masuk duduk menjadi anggota DPD, maka klausul yang membatasi pun direvisi, sehingga DPD bisa diisi secara bebas oleh para politisi," katanya.
Selain itu, katanya, berdasarkan tata tertib, DPD hanya memilih satu orang untuk mewakilinya di pimpinan MPR.
Dengan demikian, kata Laode, berapa pun paket yang diajukan oleh fraksi-fraksi parpol di MPR, pasti hanya satu orang dari anggota DPD itu saja yang sudah pasti aman tersedia kursinya.
"Sehingga bagi anggota DPD, biar pun retak, kan sudah aman dapat jatah pimpinan. Cara ini memang agak konyol, karena seolah-olah solid padahal sebenarnya tanpa ikut memilih pun sudah pasti jatahnya satu orang itu. Aneh memang ini," kata Laode.
Menurut dia, seharusnya kalau hanya satu orang yang diusulkan, dan jika masih dianggap punya hak suara untuk memilih pimpinan MPR maka tak boleh ada kepastian jatah kursi.
"Apalagi seperti dipraktikkan tadi malam, di mana Pak Oesman Sapta calon ketua dalam paket Koalisi Indonesia Hebat, ternyata ketika kalah justru masih masuk sebagai wakil ketua MPR gabung dalam KMP. Ini permainan apa?," kata Laode.