REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPD Farouk Muhammad menilai masih banyak persoalan yang perlu dibenahi oleh bangsa Indonesia. Terkait peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu (20/5), Farouk mengatakan, Indonesia masih belum bisa disebut bangkit dalam arti yang sesungguhnya.
"Belum. Masih jauh. Bahkan dalam hal tertentu boleh dikatakan mundur," kata Farouk di gedung DPR, Jakarta, Rabu (20/5).
Farouk menyebutkan, ada beberapa bidang yang belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, di antaranya bidang ekonomi, politik dan keamanan. Menurutnya, meski di bidang ekonomi ada kemajuan, namun pemerataan yang dirasakan oleh rakyat belum terlalu menggembirakan.
"Masih ada penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan," ujarnya.
Terkait stabilitas politik dan kemanaan, Farouk menilai, apa yang sudah dicapai sejak Mei 1908 yang ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional hingga hari kemerdekaan, tidak lagi terjadi pada saat ini.
"Mundur. Banyak sekali masalah kisruh politik, gangguan keamanan yang kita hadapi. Walaupun di lain pihak dalam bidang politik majunya demokrasi. Tapi masih dalam proses demokratisasi yang masih prosedural, belum demokratisasi yang substansial," jelas Farouk.
Farouk mengatakan, peristiwa berdirinya Boedi Oetomo pada 1908 yang menjadi tonggak kebangkitan nasional adalah peristiwa yang membangunkan kesadaran berbangsa di tengah perbedaan suku, etnis dan perbedaan lain. Menurutnya, meski peristiwa itu tidak terlalu besar, namun memiliki nilai yang luar biasa. Berdirinya perkumpulan tersebut, lanjut Farouk, memberikan inspirasi dan mendorong lahirnya Sumpah Pemuda pada 1928 yang melahirkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia dalam melawan penjajahan yang kemudian melahirkan kemerdekaan.
"Jadi, bagi kita, apa yang terjadi 20 Mei 1908 merupakan sumber inspirasi bagi terbentuknya Indonesia saat itu, dan sekarang ini jadi bangkit kembalinya Indonesia dalam mengisi kemerdekaan sejak 1945 itu," kata Farouk.
Farouk berharap, rakyat Indonesia dapat kembali mengingat dan merasakan semangat kebangkitan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti yang dirasakan rakyat terdahulu.
"Mudah-mudahan ini akan menggema dan menjadi inspirasi. Juga kita harap dalam perpolitikan bangkit suatu mekanisme dan praktik-praktik perpolitikan yang memang semangatnya seperti tahun 1908. Di tengah keberagaman pada zaman itu, tokoh bangsa kita sudah berpikir tentang suatu negara Indonesia," jelasnya.
"Dalam konteks ekonomi, kita harap bangkit semangat ekonomi. Bukan hanya ekonomi yang maju dalam arti makro, tapi ekonomi yang membawa kesejahteraan bagi ekonomi kerakyatan. Karena inspirasi yang disampiakan 1908 sampai kemerdekaan itu semangat yang merakyat," ujar Farouk lagi.