REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meninggalnya salah seorang senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Jawa Tengah, Sulistyo mengejutkan banyak mitranya sesama anggota DPD. Salah satunya Fahira Idris yang mengaku sempat diajak untuk mencoba terapi oksigen hiperbarik pada Senin pagi sesaat sebelum rapat bersama di DPD RI.
"Saya sempat berbincang dengan Pak Sulistiyo terkait terapi oksigen itu pagi percakapan jam 9.30 pagi," katanya kepada Republika.co.id, Senin (14/3).
Kepada Fahira, Sulistyo mengungkapkan ini pertama kalinya ia mencoba terapi oksigen tersebut. Fahira kemudian menanyakan berapa harga terapi hiperbarik tersebut di RS Mintohardjo. "Ada yang 300 ribu, ada yang 600 ribu. Bedanya yang 300 ribu dalam satu ruangan ada 15 orang sedangkan yang 600 ribu lebih sedikit orangnya," kata Fahira menirukan.
Lantas tidak beberapa lama, Fahira pun sempat mendokumentasikan foto-foto beberapa anggota yang datang lebih awal, termasuk Sulistiyo. Sekitar jam 11 siang, Sulistyo yang juga Ketua Umum PGRI meninggalkan rapat di DPD, sedangkan ia tetap mengikut rapat hingga selesai.
Ia pun mengaku cukup kaget setelah mendengar kabar jam 15.00 sore, Pak Sulistyo yang ikut rapat pagi bersama dirinya ternyata meninggal di RS Mintohardjo akibat ledakan oksigen di ruangan terapi tersebut. "Kita semua cukup berduka dan tadi sore langsung menuju ke RS Polri di Kramat Jati," katanya.
Sulistyo menjadi korban meninggal akibat ledakan yang terjadi di RS Mintohardjo, Jakarta, Senin siang. DPD RI menyebutkan Sulistyo kala itu mengeluh kurang fit saat mengikuti rapat. Akhirnya beliau memutuskan untuk melakukan terapi hiperbarik yakni terapi oksigen bertekanan tinggi di rumah sakit Mintoharjo, Bendungan Hilir, Jakarta.
Proses tersebut dilakukan di dalam ruangan khusus yang tertutup. Namun malang, saat Sulistyo tengah menjalani terapi, malah terjadi percikan api yang menyebabkan tabung oksigen meledak pada Senin siang sekitar pukul 14.00 WIB.