REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPD Irman Gusman mengatakan, dalam era globalisasi ada tiga krisis yang dialami masyarakat dunia.
krisis tersebut adalah krisis keuangan, dimana uang yang ada tidak digunakan pada sektor riil. Krisis makanan, termasuk di Indonesia. Dimana haraga Gula sudah Rp 17 ribu per kilo. Penyebabnya, produksi tetap, sementara konsumsi meningkat.
Selanjutnya adalah krisis energi. Di Asia Tenggara, Indonesia ingin meningkatkan daya saing, terutama lewat infrastruktur dasar yaitu listrik, jalan, dan transportasi.
''Kalau kita melihat bagaimana indonesia saat ini. Listrik per kapita jauh dari standar, padahal idealnya 500 watt, tapi masih banyak yang di bawah itu,'' kata Irman, saat rapat dengan pendapat dengan kepala daerah se-Indonesia Timur, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (25/5).
Padahal Malaysia listrik per kapitanya sudah mencapai 1.000 watt, sementara Singapura sudah 2.000-3.000 watt. Karena itu, Indonesia perlu akselerasi untuk peningkatan produksi listrik nasional.
''Penyakit yang paling utama kenapa listrik mahal, adalah akibat tidak efisien, PLN kita monopoli produksi listrik,'' ucapnya.
Sehingga, DPD mencoba memunculkan wacana mengapa PLN tidak direstrukrisasi, dengan kantor PLN dibuat di setiap wilayah, dan melibatkan swasta. Irman mengatakan, DPD sepakat ingin mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah.
''Pembangunan saat ini terkonsentrasi di pulau jawa dan Sumatra sebesar 82 persen. Karena itu, wilayah timur harus dibangun,'' ujarnya.
Ia meminta, PLN mesti memberikan kesempatan kepada swasta atau masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Harus ada deregulasi terhadap industri kelistrikan Indonesia.
PLN harus fokus ke daerah terpencil Indonesia. Selain itu, perlu juga diversifikasi energi, bukan saja gas dan batu bara, tapi mesti sudah memikirkan energi nuklir. ''Ini perlu kita pikirkan supaya rasionya meningkat,'' ucap Irman.