REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Munculnya spanduk Gerakan Anti Din Syamsuddin (GADIS) sebagai upaya mendeskreditkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin ditanggapi serius Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya.
Wakil Ketua PDM Surabaya Imam Subari mengaku akan mendeklarasikan Gerakan Kontra Gadis pada Sabtu (29/1) menjelang pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah Surabaya. Menurutnya, munculnya spanduk GADIS diberbagai sudut kota Jakarta sebagai upaya untuk menjelek-jelekkan Din Syamsuddin terkait kritik kerasnya terhadap pemerintah soal 18 kebohongan pemerintah yang dilakukan bersama tokoh lintas agama.
Yang membuat kecewa Imam adalah mengapa yang dituduh hanya Din Syamsuddin belaka. Padahal kritikan itu dilakukan sekelompok orang. Dampaknya jelas mencederai perasaan warga Muhammadiyah. “Yang memasang spanduk GADIS pasti orang yang tak suka sama Pak Din. Tapi, mengapa yang muncul hanya mempermasalahkan seseorang saja. Itu yang jadi persoalan,” kata Imam di Surabaya, Kamis (27/1).
Sebagai jawabannya, Imam juga akan membuka Posko Anti Kebohongan sebagai bentuk dukungan kepada pernyataan tokoh lintas agama dalam memberikan masukan pemerintah agar kinerjanya lebih baik. Tujuan dibukanya Posko Anti Kobohongan, kata Imam, untuk membuktikan bahwa sembilan kebohongan lama dan sembilan kebohongan baru yang disuarakan di Kantor PP Muhammadiyah Jakarta itu tak terbantahkan lagi.
“Jadi kami ingin menampung segala pengaduan masyarakat. Dengan begitu, ucapan tokoh lintas agama benar adanya. Sehingga pihak yang memasang spanduk Gadis merasa bahwa apa yang diucapkan Pak Din itu fakta dan sesuai data,” ujarnya.