REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Jelang dilakukannya proses pemilihan unsur pimpinan Muhammadiyah periode 2010-2015, berbagai harapan mengemuka terkait kepemimpinan ideal di persyarikatan ini. Salah satunya diungkapkan oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka), Suyatno.
Muhammadiyah sebagai organisasi modern terbesar di Indonesia dan dunia, ujar Suyatno, hendaknya dipimpin oleh orang-orang yang punya kapasitas dan kapabilitas. Di sini dia melihat sosok yang ulama dan inteleltual akan sanggup mengemban amanah organisasi.
''Diperlukan sosok ulama yang arif. Dia juga seorang intelektual. Jadi paduan itu. Saya kira, masa depan Muhammadiyah, umat dan bangsa, harus dikawal dengan pendekatan keulamaan dan intelektual,'' ujarnya, Ahad (4/7).
Selain dinilai bisa menyelesaikan aneka permasalahan, pemimpin tersebut dapat diterima semua kalangan. Dia mampu menjalin hubungan dan bersinergi dengan berbagai ormas maupun kalangan di luar negeri. Sosok ulama yang intelektual juga sanggup mengawal perjalanan organisasi dengan sejuk dan damai.
Dia berpendapat, pemimpin Muhammadiyah mendatang akan menghadapi tantangan yang sangat berat. Beragam persoalan di masyarakat, seperti kemiskinan, kebodohan, ketidak adilan, krisis moral, dan sebagainya, perlu mendapat perhatian ekstra untuk dicarikan solusinya.
Begitu pula di lingkup organisasi. Suyatno melihat tiga hal yang paling krusial, yakni kaderisasi, pemberdayaan umat serta ideologi. Terkait kaderisasi, menurutnya, saat ini sduah berjalan namun perlu lebih tingkatkan.
''Muhammadiyah harus menyiapkan sumberdaya masa depan yang berkualitas, karena di samping harus dapat mengelola organisasi dengan baik, kader itu juga diharapkan berkontribusi bagi umat dan bangsa,'' tegasnya.
Pemberdayaan umat juga sangat mendesak. Muhammadiyah diminta aktif membina masyarakat di lapisan bawah. Langkah yang bisa dilakukan antara lain dengan memperbanyak ranting, cabang dan wilayah Muhammadiyah. ''Sementara banyaknya ideologi yang berkembang saat ini harus disikapi melalui komitmen pada ideologi Islam dan Muhammadiyah.''
Secara terpisah, Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bachtiar Effendy menegaskan bahwa Muhammadiyah ke depan harus dipimpin oleh sosok yang tegas, kuat, punya kemandirian dan keberanian. Ini mengingat beragam tantangan dan permasalahan yang berasal dari dalam dan luar negeri yang tidak mudah dituntaskan. ''Di samping itu juga, pemimpin itu harus punya jaringan yang kuat dengan segenap elemen, serta memahami masalah,'' kata dia.
Bachtiar Effendy mengingatkan, pada abad kedua perjuangannya, Muhammdiyah akan berada di simpang sejarah. Dalam hal ini, Muhammadiyah dapat menjadi organisasi biasa, atau organisasi yang relevan dengan tantangan zaman.
''Seratus tahun lalu Kiai Ahmad Dahlan sudah membuktikan Muhammadiyah relevan dengan tantangan zaman. Nah, generasi sekarang harus mampu meneruskan perjuangan pendiri Muhammadiyah itu,'' ujarnya. yus