Sabtu 24 Dec 2011 21:45 WIB

Dzikir Medium Tepat untuk Merenung dan Antisipasi Hari Esok

Rep: Agung Sasongko/ Red: Chairul Akhmad
Ustadz Toto Tasmara saat menyampaikan tausiyah dalam Dzikir Nasional Republika di Masjid At-Tin, TMII, Jakarta, (31/12/2010) lalu.
Foto: Republika/Yogi Ardhi Cahyadi
Ustadz Toto Tasmara saat menyampaikan tausiyah dalam Dzikir Nasional Republika di Masjid At-Tin, TMII, Jakarta, (31/12/2010) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perayaan pergantian tahun lebih tepat dimanfaatkan secara optimal untuk berdzikir. Sebab, dzikir merupakan medium bagi seorang Muslim untuk merenung dan antisipasi hari esok.

 

Pegiat Dakwah Islam, Toto Tasmara, menilai dzikir itu tidak cukup mengingatkan masa lalu. Tetapi ada nilai-nilai mulia seperti refleksi, renungan dan antisipasi. "Dzikir itu mengingatkan masa lalu, saya beranggapan setiap pergantian tahun seharusnya prihatin dengan kondisi kini umat Islam," kata dia saat berbincang dengan Republika Online, Sabtu (24/12).

 

Menurutnya, kini bangsa Indonesia, utamanya umat Islam, terkena penyakit hedonisme, yakni kenikmatan duniawi yang lebih dominan. Padahal, umat Islam sewajarnya menyeimbangkan kehidupan duniawi dan akhirat. "Celakanya, kita justru mendewakan sikap materialisme yang merupakan ciri kehidupan hedonis," kata dia.

 

Untuk itu, menjadi kewajiban bersama umat Islam untuk merenung, merefleksikan sepanjang tahun lalu dan selanjutnya menyiapkan antisipasi hari esok. Harapannya, penyakit hedonisme segera lenyap dari nadi umat Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement