Jumat 22 May 2015 15:37 WIB

This is the reason why MUI's fatwa is important

Rep: c94/c37/ Red: Satya Festiani
Salah satu fatwa MUI (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Salah satu fatwa MUI (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The Indonesian Ulema Council (MUI) held Meeting of Indonesian Fatwa Commission V in MUI Building, Menteng, Central Jakarta, on Thursday, May 21. This event was accompanied by the re-launching of the book by publisher emir MUI Cakrawala Uslan.

In the opening, Commission Chairman of Fatwa MUI Prof. Hasanuddin HF explained, the teaching in Islam was a compulsory happiness that taught the necessity of religious teachings properly.

"There are four requirements for implementing the Islamic religion in the history of Imam Al-Gazhali," he said, on Thursday, May 21.

First, religious norms. In Islam it is complete in its teachings until covering the state rules and guidelines in Islam.

Secondly, knowing the existing norms, and thirdly, emulating and implementing norms.

"It is only required for capable person, like Hajj," he said. Finally, said Hasan, the fourth is encouragement to implement the norm.

Hasan added, this fatwa book leads to the application of norms. He hoped that by republishing this book, the function and the role will be much better.

"Thanks to publishers who are willing to publish a set of MUI's fatwa in community live and nation," he said.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement