Selasa 17 Apr 2012 10:42 WIB

Hatta Rajasa; Fokus Kerja, Kerja, dan Kerja

Hatta Rajasa
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Hatta Rajasa

Steve Jobs itu memang telah meninggalkan kita. Tapi bagi seorang Hatta Rajasa, filosofi hidup pendiri Apple Inc itu tak pernah mati. Jobs bagi Hatta telah mengajarkan semua orang agar terus berubah dan tak hanya menjadi pengikut.

Kata Hatta, Jobs adalah inovator besar karena dia tidak hanya menjual produk Apple, tapi menjual sebuah mimpi bagi generasi-generasi untuk menjadi bisa mengubah cara pandang melihat dunia. Karya yang mampu membuat perubahan muncul dari kelompok inovator, bukan dari para follower.

“Kalau kita mampu mengubah dunia ini, Anda sudah mulai menjadi bagian daripada inovator. Tidak ada orang yang sukses tanpa dimulai dari mimpi. Mimpi adalah bagian dari kreativitas manusia yang tanpa batas,“ kata Hatta ketika itu.

Itu rupanya jadi salah satu prinsip hidup Hatta. Dia selalu ingin melakukan perubahan dan membuat inovasi. Tekad itu semakin kuat dalam diri Hatta ketika dia kuliah di Teknik Perminyakan Institut Teknologi Ban dung (ITB) pada 1973 silam.

Masa mahasiswanya tak hanya habis di ruang kuliah, tapi di mimbar-mimbar organisasi. Hatta sempat menjabat sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan ITB. Kampung halamannya di Palembang menempa Hatta sebagai sosok religius. Wajar jika pria kelahiran Palembang 18 Desember 1953 itu juga aktif di Masjid Salman, tak jauh dari kampus ITB.

Tekad untuk melakukan perubahan tak hilang dari sosok Hatta ketika lulus dari ITB. Dia tak ingin menjadi lulusan perguruan tinggi kebanyakan. Ketika lulusan lain menyusun curriculum vitae (CV), Hatta juga ikut membuat CV. Bukan curriculum vitae yang dibuat Hatta, melainkan Persekutuan Komanditer atau Comanditaire Vennootschap yang juga disingkat CV.

Ya, Hatta tak memilih bekerja, dia lebih tertarik untuk menjadi pengusaha dengan membentuk perusa haan. CV yang digagas Hatta ini menggarap pekerjaan subkontraktor, kemudian menjadi konsultan. Aktivitas itu memberikan Hatta pembelajaran tentang usaha, masyarakat, kehidupan sosial, dan ekonomi.

Dunia usaha yang digeluti Hatta membuat dia juga harus memikirkan karyawannya, mencari dana, dan meng-create segala macam persoalan. Latar belakang Hatta sebagai insinyur ternyata tak membuat dia kesulitan masuk ke wilayah manapun, termasuk ekonomi dan sosial Keberhasilan dalam membangun bisnis itu tak lepas dari kerja keras yang sudah terpupuk sejak kecil. Anak kedua dari 12 bersaudara ini oleh orang tuanya dididik dan dilatih untuk bekerja keras, jujur, disiplin, mandiri, dan bekerja sama sejak kecil.

Kenyang menggeluti ekonomi dan menjadi pengusaha selama 20 tahun, Hatta merambah dunia politik. Itu terjadi menjelang masuknya masa reformasi pada 1998. Keputusan terjun ke dunia politik tak lepas dari darah aktivis di tubuh Hatta. Ketika mahasiswa, Hatta juga getol mengusung agenda menghentikan otoritarianisme.

Momen untuk menyalurkan semangat aktivis itu muncul ketika dia bergabung dengan tokoh reformasi kala itu, Amien Rais. Keduanya menjalin hubungan erat ka rena memiliki beberapa pemikiran serupa. Hatta akhirnya bernaung di Partai Amanat Nasional (PAN), salah satu parpol yang lahir dari rahim reformasi.

Aktivitas di PAN membawa Hatta ke gedung DPR di Senayan. Dia menjadi anggota DPR pada 1999. Di tempat inilah kemampuan lobi dan komunikasi politik Hatta mulai tampak. Maklum saja, di gedung DPR itu, semua permasalahan bangsa harus diselesaikan dengan lobi dan musyawarah lintas fraksi. Sebagai Ketua Fraksi Reformasi, dia sangat aktif menggalang komunikasi lintas partai.

Selepas dari Senayan, Hatta yang lahir dari keluarga pamong itu ditarik menjadi eksekutif. Dia beberapa kali menjadi menteri. Sebelum menjabat sebagai Menko Perekonomian, dia pernah menjadi Menteri Sekretaris Negara (2007-2009), Menteri Perhubungan (2004-2007), dan Menteri Negara Riset dan Teknologi (2001-2004).

Banyak catatan yang ditorehkan Hatta ketika menjadi menteri. Saat menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi, Hatta mengangkat nama bangsa dengan terpilihnya dia sebagai Presiden ke-46 Konferensi IAEA (The International Atomic Energy Agency). Ini kali pertama orang Indonesia memimpin sidang IAEA.

Hanya sehari setelah menjabat sebagai Menteri Perhubungan, Hatta tak menunggu waktu untuk bekerja. Hatta langsung memimpin penanganan pelayanan transportasi mudik Lebaran. Dia membuat program kerja Departemen Perhubungan yang terkait dengan program 100 hari pemerintah.

Pada 9 Januari 2010, Hatta terpilih sebagai Ketua Umum PAN. Jabatan ini menjadikannya sebagai tokoh penting di negeri ini. PAN menjadikan Hatta sebagai calon presiden pada 2014 kelak. Namun, di berbagai kesempatan, Hatta sulit dimintai pendapat soal posisi presiden ini.

Dia tak membenarkan atau membantah sikap partainya itu. “Saat ini saya hanya fokus kerja, kerja, dan kerja,“ ujar Hatta yang selalu datang paling pagi di kantor. ikhsan shiddieqy/joko sadewo ed: anif punto utomo

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement