Jumat 23 Apr 2010 21:25 WIB

Waspadai 'Bahaya Laten' Status Belum Menikah

Rep: cr2/ Red: irf
ilustrasi
Foto: squidoo.com
ilustrasi

LONDON--Tepat awal April, masyarakat Taiwan dikejutkan oleh pengesahan aturan yang mengharuskan warga negara itu, terutama yang belum berumah tangga untuk membayar lebih asuransi kesehatan lantaran mereka berisiko tinggi mengalami gangguan mental. Menteri kesehatan Taiwan, Yaung Chih-liang berpendapat kebijakan itu bertujuan memaksa warga negara Taiwan untuk segera berkeluarga agar menghindari risiko gangguan psikologi yang berujung pada membengkaknya biaya kesehatan.

Sebagian anggota legislatif negara itu menganggap kebijakan itu 'menyindir' mereka. Akantetapi, Chih-Liang buru-buru meminta maaf. Apa yang terjadi di Taiwan, segera menginspirasi peneliti untuk mengetahui sejauhmana pengaruh psikologi individu yang belum berumah tangga terhadap kehidupan mereka. 

Di Australia misalnya, riset yang digagas psikolog David De Vaus dengan melibatkan 11 ribu relawan coba mengetahui perbandingan bagaimana cara individu yang sudah menikah dan yang belum dalam menangani stres. Penelitian itu juga mendalami bagaimana efek dari stres terhadap konsumsi alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Hasilnya menunjukan individu yang menikah mampu menangani stres dengan baik dan mampu terhindar dengan konsumi alkohol berlebihan. Sebaliknya, individu yang belum menikah lebih rentan dan kesulitan menangani stres dan akhirnya terjebak pada konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang.

Ihwal kondisi psikologi individu yang menikah, hasil survei di Inggris menunjukan, kondisi psokologis perempuan jauh lebih baik ketika menikah. Berbeda dengan hasil survei di Inggris, hasil riset di Selandia Baru menunjukan hasil yang bertolak belakang. Dari 35 ribu individu yang dilibatkan dalam riset selama 10 tahun, diketahui, kehidupan rumah tangga menghadirkan risiko stres dan rasa gelisah berlebihan.

Hasil riset juga mencatat, ketika pernikahan itu bubar resiko gangguan kesehatan jauh lebih tinggi di mana perempuan lebih rentan terjebak pada konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang sedangkan bagi laki-laki, bercerai membuat mereka rentan terhadap depresi. Dari dua riset tersebut diperoleh benang merah yang menunjukkan kondisi psikologis seseorang ketika bercerai atau pasangan meninggal jauh lebih buruk ketimbang individu yang belum menikah.

Terkait hal itu, Psikiatri Cosmo Hallstrom menilai persoalan psikologis individu memang kompleks. "Kita ini adalah binatang yang memiliki beban dan kehidupan kita memang diarahkan pada hubungan kekeluargaan dan emosional," tutur dia.

Buktinya, dia berujar, adalah menikah atau menjalin sebuah hubungan cenderung menstabilkan gaya hidup dan meningkatkan kesehatan mental Anda. Tapi dia percaya, gangguan mental lebih disebabkan status seseorang ketimbang hidup menyendiri dengan rentetan persoalan emosional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement