REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mudah sekali menemukan kata stroke dalam kehidupan sehari-hari. Baik ketika membicarakan kesehatan, orang sakit, maupun penyebab kematian seseorang. bisa jadi karena semakin banyak orang yang terserang penyakit ini. Stroke atau serangan otak terjadi akibat suplai oksigen dan nutrien ke otak terganggu karena pembuluh darah retak atau pecah.
Menurut Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Laksamana TNI (Purn) Soedomo, di Jakarta beberapa waktu lalu, jumlah penyandang stroke di Indonesia makin bertambah, menyerang segala usia dan tingkat ekonomi. Data WHO tahun 2005 menyebutkan, 10 persen kematian di dunia disebabkan oleh stroke. Sedangkan di Indonesia, prevalensi stroke terjadi 1-2 persen dari penduduk Indonesia, yakni sekitar 2-3 juta jiwa.
Dan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007, prevalensi stroke nasional sekitar 0,8 persen. Sementara ahli epidemiologi meramalkan, sekitar 12 juta penduduk Indonesia berumur lebih dari 35 tahun berpotensi terkena serangan stroke.
Spesialis penyakit saraf, dr Sutarto Prodjo Disastro, SpS, yang juga ketua Bidang Humas dan Penyuluhan Yastroki mengingatkan, jika tidak segera diatasi stroke bisa mengakibatkan kematian. Ia berpesan agar masyarakat mengenali gejala stroke agar pasien segera men dapat pertolongan.
Inilah gejalanya. Mati rasa atau rasa bebal mendadak, lemah, tidur terus, kejang, emosi berubah, kelumpuhan pada wajah atau anggota tubuh lain seperti lengan atau kaki pada sisi tubuh, gangguan penglihatan, gangguan bicara, gangguan daya ingat, gangguan kese imbangan, vertigo, terhuyung, sukar berjalan dan tersandung ketika berjalan.
Ditambah lagi dengan gangguan orientasi tempat, waktu dan orang, gangguan menelan cairan atau makanan padat, mendadak pusing, nyeri kepala, pingsan bahkan koma. Namun, Sutarto juga mengingatkan, karena setiap bagian otak memiliki fungsi tertentu, maka gejala dan tanda stroke pada setiap individu sangat bervariasi, tergantung pembuluh darah mana yang terkena dan bagian otak mana yang terganggu.
Periode emas penanggulangan stroke adalah 3-6 jam setelah gejala awal terjadi. Bila belum tiga jam sudah tertangani dokter yang tepat di rumah sakit, kemungkinan besar pasien bisa tertolong dan sembuh kembali. Namun, jika sudah lebih dari tiga jam tapi belum enam jam, pasien masih akan tertolong meskipun mengalami kecacatan ringan.
Dan, setelah enam jam pasien bisa mengalami kecacatan yang berat atau kematian. "Lebih dari waktu itu berbahaya sebab sel otak kalau sudah mati tidak ada regenerasi. Karena itu makin cepat diobati makin baik sebelum enam jam," ungkapnya.
Dapat dicegah
Namun, tak perlu khawatir. Pada dasarnya stroke dapat dicegah secara primer maupun sekunder. Secara primer dapat dilakukan dengan mencegah kejadian awal, mengidentifikasi faktor risiko, dan mengobati faktor risiko tersebut. "Misalnya mengendalikan hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, kolesterol tinggi, dan lainnya," jelas Sutarto.
Juga menjalani hidup yang bebas risiko stroke. Misalnya menghindari pola makan berlebihan dan tinggi lemak atau tinggi garam, olahraga teratur, hindari obesitas, hindari stres, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan laksanakan ajaran agama dengan benar.
Secara sekunder dengan cara mencegah kekambuhan stroke pada pasien yang pernah mengalami ini. Untuk itu penting sekali melakukan pemeriksaan kesehatan rutin paling tidak satu tahun sekali, seperti mengontrol tekanan darah, gula darah, mengurangi berat badan jika berlebih, serta mengontrol kadar kolesterol.
Apakah stoke bisa diobati? Ya tentu saja bisa. Penderita stroke dapat diselamatkan dari kematian dan cacat bila dilakukan pengobatan yang cepat, tepat dan akurat pada waktu terjadi serangan, khususnya stroke yang bukan pendarahan.