REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar masyarakat masih masih terjebak dengan persepsi yang salah soal epilepsi yang menyebut sebagai sebuah penyakit. Padahal, menurut dr. Irawan Mangunarmadja, SpA dari Departemen Kesehatan Anak FKUI - RSCM, epilepsi adalah kelainan atau gangguan saraf pada otak.
"Ada lepas muatan listrik abnormal dalam otak yang menyebabkan penyandang mengalami serangan bangkitan berulang," kata Irawan pada seminar media di Jakarta, Rabu (21/3).
Epilepsi, kata dr. Irawa, tidaklah menular, sehingga penyandang epilepsi seharusnya tidak mendapatkan perlakuan keliru dari keluarga maupun masyarakat. "Jangan kucilkan mereka, menganggap mereka kesurupan atau malah malu. Dukung mereka, mereka sama seperti kita," pinta dia.
Pada kesempatan yang sama, dr. Endang Kustiowati, SpS(K) mengungkapkan, 99 persen penyandang epilepsi dapat bersekolah secara normal, lebih dari 75 persen dapat bekerja dengan baik, dan kurang dari delapan persen penyandang epilepsi yang mengalami bangkitan saat sedang bekerja.
"Saya juga menyayangkan bila ada masyarakat yang berpikiran bahwa epilepsi disebabkan faktor keturunan. Pada kenyataannya penyebab epilepsi secara genetik hanya terjadi kurang dari lima persen," tutur Endang.