REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- HIV/AIDS pertama kali terdeteksi di Indonesia pada tahun 1987. Hingga kini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang virus tersebut.
Tim Advokasi dari Komisi Penanggulan AIDS DKI Jakarta Susi Suzana mengatakan masih banyak pemahamanan yang salah tentang HIV/AIDS di masyarakat. Dia mencontohkan masyarakat menganggap bahwa HIV/AIDS bisa tertular melalui berpelukan, berciuman, tinggal dalam satu rumah, berbagi alat makan, tusuk gigi, WC, dan gigitan nyamuk.
"Ini yang menjadikan adanya diskriminasi pada penderita HIV/AIDS. Orang jadi takut berdekatan sama mereka. Padahal orang dengan HIV/AIDS harus kita rangkul karena dia sudah menderita," kata Susi dalam diskusi di Jakarta Pusat, Selasa (7/5).
Susi menjelaskan, HIV hidup di sperma, cairan vagina, darah, dan ASI. Karena itu, penularannya pun hanya bisa melalui hubungan seks, penggunaan jarum suntik secara bersamaan, transfusi darah, dan melalui ASI.
Gigitan nyamuk, ujar Susi, juga tidak bisa menularkan virus mematikan tersebut. Sebab, HIV hanya bisa hidup di tubuh manusia. Virus itu akan langsung mati dalam hitungan detik apabila keluar dari tubuh manusia.
Susi juga mengimbau agar masyarakat berhati-hati dalam menggunakan peralatan tajam secara bersama-sama, seperti pisau cukur, pisau meni-pedi, jarum tato, dan jarum tindik. "Kalau cukur jenggot di tempat umum minta silet yang baru," imbaunya.
Susi juga meminta agar masyarakat tidak melakukan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS. Masyarakat, kata dia, tidak perlu takut untuk hidup berdampingan dengan penderita HIV/AIDS. "Mereka juga punya hak untuk hidup. Pengucilan terjadi karena masyarakat tidak mengerti," kata dia.
HIV sendiri merupakan kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sementara AIDS merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh HIV.
Orang yang terinfeksi HIV/AIDS biasanya menderita gejala demam, diare yang tak kunjung sembuh, sariawan terus menerus, kelelahan, dan berat badan yang menurun. Untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak, harus melalui tes darah di rumah sakit atau puskesmas.
Hingga kini, belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan HIV. Tindakan medis yang dapat dilakukan saat ini yaitu dengan cara memberikan anti retroviral (ARV) sebagai terapi untuk menghambat perkembangbiakan virus.