REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ROLers, pernahkah Anda mendengar istilah anosmonia? Ya, ini adalah penyakit dimana seseorang tidak dapat membaui sesuatu alias indra penciumannya tidak dapat berfungsi. Para ahli selama ini percaya bahwa seseorang bisa kehilangan kemampuannya untuk mencium bau karena trauma hidung, atau usianya sudah tua.
Tim peneliti dari Universitas Michigan Medical School menemukan penyebab lain dari anosmonia, yaitu kerusakan pada silia atau potongan rambut kecil yang berada di luar sel indra penciuman manusia. Oleh karenanya, anosmonia ada harapan bisa disembuhkan melalui terapi gen.
Salah satu peneliti, Jeffery Martens menggunakan tikus sebagai obyek terapi gen ini dan bisa menyembuhkan indra penciuman hewan kecil ini. Tikus yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah tikus yang cacat genetik dan memengaruhi indra penciumannya karena kekurangan protein IFT88.
Cacat ini menyebabkan tikus tersebut kekurangan jumlah silia yang normal dalam tubuh mereka. Ketika masalah ini terjadi pada tikus, maka bisa menyebabkan kematian dini dan kebiasaan makan yang buruk. Jika itu terjadi pada manusia maka akibatnya bisa fatal.
"Pada dasarnya, tubuh kita mampu menginduksi neuron yang mengirimkan sinyak ke indra penciuman yang menumbuhkan kembali silia mereka yang hilang," ujar Martens, dilansir dari Medical News Today, Selasa (1/4).
Peneliti kemudian menanamkan gen IFT88 ke dalam sel tikus itu ketika peneliti memberi mereka virus flu. Hal ini membuat virus mudah untuk menginfeksi mereka. Setelah melakukan terapi gen pada tikus itu, para ahli mampu menganalisa bahwa kebiasaan makan tikus bisa normal dan sinyal neuron mereka langsung berfungsi dan memproses bau.
Setelah tiga hari menjalani terapi, para peneliti menemukan bahwa berat badan tikus meningkat hingga 60 persen. Pasalnya, silia mereka bisa tumbuh normal. (Mutia Ramadhani)