Rabu 30 Apr 2014 12:56 WIB

Tak Harus Obat, Seharusnya Olahraga Juga Ada di Resep Dokter

Rep: Indah Wulandari/ Red: Bilal Ramadhan
Anak berolahraga (ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Anak berolahraga (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Penderita penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi semakin meningkat. Ternyata obat oral saja tak cukup untuk mengatasinya, para dokter perlu meresepkan sejumlah aktivitas fisik buat pasien PTM.

"Di Indonesia sendiri semakin banyak masyarakat yang terkena penyakit tidak menular tersebut karena kurangnya aktivitas fisik,” cetus Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO) dr. Grace Tumbelaka, SpKO pada konferensi pers Exercise is Medicine untuk Indonesia SeGar (Sehat dan Bugar, Jumat (25/4).

Badan Kesehatan PBB WHO dalam terbitannya Global Health Risk telah menyebutkan, kurang latihan fisik bertengger pada peringkat empat teratas penyebab kematian setelah hipertensi, diabetes, dan kebiasaan merokok.  Artinya, imbuh Grace, kalau aktivitas fisik dilakukan teratur, terukur dan tepat bisa mengobati penyakit-penyakit tersebut.

Pola hidup santai atau kurang bergerak memiliki efek negatif yang cukup serius. Namun kondisi di Indonesia, menurutnya, masih mengkhawatirkan. Lantaran masih banyak anak-anak dan orang dewasa yang lebih menggemari aktivitas di dalam ruangan seperti main game dan membaca saja.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan hampir separuh dari penduduk kelompok usia di atas 10 tahun, masih tergolong memiliki perilaku sendentari atau kurang beraktivitas fisik. Sekitar 40 persen anak-anak tadi kurang aktif, atau tidak melakukan aktivitas fisik selama tiga sampai lima kali sepekan dengan masing-masing minimal 30 menit.

“Padahal Indonesia menjadi negara ke-38 dari 40 negara yang menyepakati konsensus yang diprakarsai oleh WHO untuk mengintegrasikan latihan fisik dalam pencegahan PTM ke dalam pelayanan kesehatan primer,” jelas Grace.

Seharusnya, ia melanjutkan, dokter Puskesmas dan dokter umum bisa meresepkan aktivitas fisik sebagai obat penyembuhnya. PDSKO pun menggaungkan program bernama Exercise is Medicine (EIM). Sasaran program ini, yakniEIM dokter layanan primer serta membuka kepahaman penatalaksanaan olah raga sebagai obat pasiennya.

Ketua National Task Force Indonesia SeGar, dr. Inggriani Husen, SpKO. menjelaskan, EIM berkomitmen pada pandangan bahwa latihan fisik merupakan bagian penting dari pencegahan dan pengobatan PTM.

"Untuk langkah awal, fokus kerja diarahkan pada pelatihan program EIM kepada rekan-rekan dokter dalam meresepkan latihan fisik kepada pasien mereka. Nantinya program akan kami teruskan untuk para personal trainer di pusat-pusat latihan kebugaran," jelas Inge, panggilan dr Inggriani.

Berolah raga di akhir pekan, meski dinilainya kurang efektif, tapi lumayan untuk sebuah langkah awal. Yang baik, aktivitas fisik dilakukan setiap hari dengan intensitas sedang seperti jalan kaki. Kuantitas aktivitas fisik yang ideal adalah bergerak aktif selama 150 menit dalam seminggu.

Bagi penderita diabetes harus melihat dulu tingkat gula darahnya saat ingin berolah raga. Jika masih di antara 140-180 mg bisa melakukan olah raga bersifat aerobik dan latihan beban. Bila gula darah di atas 250 mg, diabetisi harus menurunkan dulu agar tak terjadi metabolik ketosis yang membahayakan tubuh hingga kolaps.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement