REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) semakin gencar menggalakkan kampanye bahaya merokok. Kali ini Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi meluncurkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) berjudul "Berhenti Menikmati Rokok Sebelum Rokok Menikmatimu".
ILM ini bertujuan memperkuat pencantuman peringatan bergambar pada bungkus rokok sejak Juni lalu. "Kita semakin serius. Media efektif mengkampanyekan bahaya rokok tidak cukup satu. Harus melalui semua, radio, televisi, dan lainnya," ujar Nafsiah usai peluncuran iklan di Biltz Megaplex Pasific Place Jakarta, Jumat (10/10).
Nafsiah menambahkan, iklan tersebut sudah dan akan ditayangkan selama 30 hari berturut-turut di 7 stasiun televisi swasta nasional.
Begitu juga di bioskop Blitz, media sosial, guna menyasar kalangan muda. "Tantangan yang harus kita sikapi bersama, masih kuatnya promosi, iklan dan sponsor perusahaan yang massif dan intensif tertuju pada anak-anak agar menjadi perokok pemula," tambahnya.
Tiga pesan yang setidaknya ingin ia sampaikan lewat iklan, jangan coba merokok bagi yang belum, segera berhenti bagi yang kecanduan dan bagi yang konsisten tidak merokok, artinya sudah menjaga kesehatan lingkungannya.
"Kita tidak bisa mempertahankan triliunan keuntungan industri rokok tapi kesehatan yang jadi taruhannya," ujarnya
Adapun, iklan yang dibintangi Panjaitan, penderita kanker tenggorokan akibat merokok aktif itu diakui Nafsiah telah efektif saat diujicobakan ke beberapa penonton sebelum disebarluaskan ke media.
Di tempat sama, dengan suara serak akibat komplikasi pita suaranya, Panjaitan mengatakan iklan ini akan efektif mengingat 73 persen otak manusia menurutnya lebih mudah menyerap pesan dari audio visual.
"Kelihatannya kita menikmati rokok. Tapi sebaliknya, industri rokok lah yang menikmati kita, menyengsarakan," ujar Panjaitan.
Berdasarkan studi Komnas Anak 2007, akibat terpengaruh iklan rokok, 70 persen remaja mulai merokok, 77 persen terus merokok dan 57 persen kembali merokok usai berhenti.