Senin 25 Nov 2024 17:59 WIB

Kurangi Kebiasaan Merokok, Dokter: Perlu Edukasi Khusus Bagi Perokok

Menurut dokter, berhenti merokok secara langsung memang sangat sulit dilakukan.

Berhenti merokok (ilustrasi). Menurut dokter, perlu dilakukan edukasi khusus kepada perokok sebagai upaya mengurangi kebiasaan merokok, khususnya pada perokok dewasa.
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Berhenti merokok (ilustrasi). Menurut dokter, perlu dilakukan edukasi khusus kepada perokok sebagai upaya mengurangi kebiasaan merokok, khususnya pada perokok dewasa.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kebiasaan merokok masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Dampak buruknya bagi kesehatan individu dan lingkungan sudah sangat jelas.

Untuk itu, upaya-upaya untuk mengurangi prevalensi perokok, terutama di kalangan dewasa, terus dilakukan. Salah satu langkah efektif adalah melalui edukasi yang intensif dan terarah.

Baca Juga

Praktisi kesehatan dokter Cashtry Meher mengatakan perlu dilakukan edukasi khusus kepada perokok sebagai upaya mengurangi kebiasaan merokok, khususnya pada perokok dewasa. "Memaksimalkan konsep pengurangan bahaya tembakau melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif dapat menjadi opsi terbaik bagi perokok dewasa untuk mengurangi kebiasaan merokok, sekaligus membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Medan dalam menurunkan prevalensi merokok serta angka penyakit tidak menular," katanya di Medan, Senin (25/11/2024).

Ia mengatakan berhenti merokok secara langsung memang sangat sulit dilakukan, sebab perokok dewasa berpotensi untuk mengalami gejala relapse atau kembali ke kebiasaan merokok. Untuk itu, selain mendorong penerapan pola hidup sehat, kata dia, perlu adanya upaya edukatif lainnya seperti penerapan konsep pengurangan bahaya tembakau yang memanfaatkan inovasi teknologi terkini untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Dengan mengoptimalkan upaya alternatif tersebut, lanjutnya, prevalensi merokok, terutama di Kota Medan, diharapkan dapat turun. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), kebiasaan merokok meningkatkan risiko terpapar Penyakit Tidak Menular (PTM).

Adapun menurut data Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 menunjukkan angka perokok aktif cukup tinggi di Kota Medan, terutama di kalangan pria dewasa dengan persentase mencapai 42 persen di kalangan usia 24 hingga 54 tahun. Cashtry meneruskan upaya edukatif dapat dilakukan oleh tenaga medis, sebagai garda terdepan dalam menyebarluaskan konsep pengurangan bahaya tembakau. Sebab, tenaga medis berinteraksi langsung dengan perokok.

Selain itu pemerintah dapat menyelaraskan upaya edukatif, seperti penerapan konsep pengurangan bahaya tembakau dengan program skrining PTM di tingkat puskesmas. Menurutnya, pendekatan tersebut dapat menjadi langkah konkret mengurangi masalah PTM sehingga target Pemkot Medan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat dapat terealisasikan.

Pemkot Medan bersama seluruh pemangku kepentingan juga dapat berkolaborasi untuk memasifkan konsep pengurangan bahaya tembakau agar semakin efektif dalam menurunkan prevalensi merokok dan angka PTM. "Dengan demikian pendekatan pengurangan bahaya tembakau selaras dengan program pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Kota Medan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement