Ahad 12 Jul 2015 09:48 WIB

Merencanakan Keluarga dengan Alat Kontrasepsi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Indira Rezkisari
Seorang ibu memperlihat kartu peserta KB di Makassar, Sulsel, Rabu (16/5). Pelayanan pemasangan alat kontrasepsi merupakan program pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk.
Foto: Antara
Seorang ibu memperlihat kartu peserta KB di Makassar, Sulsel, Rabu (16/5). Pelayanan pemasangan alat kontrasepsi merupakan program pemerintah menekan laju pertumbuhan penduduk.

REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan alat kontrasepsi telah dinilai berhasil menurunkan angka kehamilan yang tidak direncanakan. Setiap tahunnya, alat kontrasepsi telah berhasil mencegah 188 juta kehamilan tidak direncanakan.

"Ini bagus karena kelahiran yang tidak direncanakan akan membawa masalah lain, seperti bagaimana membesarkan mereka," kata Direktur dan Profesor University Gynecological Hospital, Basel, Dr. Johannes Bitzer dalam acara bertajuk Better Informed Women, Better Choices yang diadakan oleh Bayer di Singapura, 6 Juli 2015.

Menurut penelitian pada 2012, ada sekitar 213 juta kehamilan tak direncanakan pada tahun tersebut di seluruh dunia, dan lebih dari setengahnya berada di Asia. Setengahnya berakhir pada aborsi. Angka tersebut lebih tinggi pada tahun 1990an. Pada 2011, jumlahnya lebih tinggi 63 persen dari tahun 1990.

Seringkali aborsi dilakukan dengan tidak mementingkan keselamatan sang ibu, salah satunya karena beberapa negara menganggap tindakan tersebut ilegal. Sehingga, kehamilan yang tidak diinginkan sering kali membahayakan kesehatan dan keselamatan perempuan. "Seperti di Afrika, aborsi sangat berbahaya karena dilakukan dengan tidak bersih dan layak," tambah Bitzer.

Tingginya angka kehamilan yang tidak direncanakan juga dipengaruhi 'unmet need'. Xerxas Arcenal, Regional Director for International Planned Parenthood Federation, East and South East Asia and Oceania menjelaskan 'unmet need' adalah keinginan untuk menunda memiliki anak namun tidak menggunakan alat kontrasepsi atau menggunakan metode dengan efektifitas rendah.

Perempuan yang tinggal di perdesaan, berpendikan rendah dan miskin menunjukkan 'unmet need' yang lebih tinggi. Selain itu, Xerxas menjelaskan masih banyak alasan mengapa angka tersebut tinggi. "Seperti akses yang sulit karena berada di tempat terpencil, khawatir risiko, dan budaya," kata dia.

Alat kontrasepsi menjadi senjata ampuh untuk merencanakan sebuah keluarga. Pasalnya, setiap kelahiran mempengaruhi populasi, ekonomi, daya dukung lingkungan, dan kemajuan suatu bangsa negara.

"Ada perbedaan tren penggunaan alat kontrasepsi di beberapa negara," kata Chief Medical Officer Bayer Healthcare, Michael Devoy. Di negara maju, penggunaan alat kontrasepsi tidak lagi tabu atau sulit diterapkan. Sementara di negara berkembang, masih ada beberapa halangan yang mencegah perempuan mengaksesnya. Seperti budaya, agama, dan kepercayaan terhadap mitos atau dogma yang berkembang sejak dahulu kala.

Hal ini juga berpengaruh pada pemilihan metode kontrasepsi. Seperti di Asia, tiga metode yang paling banyak digunakan adalah sterilisasi (tubektomi), IUD dan kondom. Sementara di dunia, yaitu sterilisasi, IUD dan pil. Negara berkembang juga lebih banyak menggunakan metode tradisional seperti metode kalender.

Menurut Bitzer, setiap alat kontrasepsi memiliki efektifitas berbeda. Tingkat efektifitas tinggi memiliki tingkat kegagalan yang rendah. Hal ini berpengaruh pada angka kelahiran yang tak direncanakan. Pasalnya, efektifitas alat kontrasepsi yang rendah meningkatkan kemungkinan kehamilan yang tidak direncanakan. Kepala Ginekolog Endokrinologi dan Endoskopi di United Doctors Medical Center (UMDC), Dr. Delfin Tan mengatakan sekitar 33 juta kehamilan terjadi karena kegagalan metode kontrasepsi atau penggunaan yang salah.

"Sangat penting untuk setiap perempuan mengetahui lebih dalam tentang alat kontrasepsi yang digunakannya," kata Tan. Menurut penelitian, berikut adalah tingkat efektifitas metode kontrasepsi yang dapat membantu perempuan menentukan mana yang paling tepat untuknya dan lebih efektif:

1. Implan: efektifitas 99,95 persen: penggunaan untuk sekitar tiga tahun, digunakan dengan cara ditanam di bawah kulit lengan atas.

2. Hormonal Intrauterine System (IUS):efektifitas 99,8 persen: penggunaan sekitar lima hingga 10 tahun, ditanam di dalam rahim, mencegah pertemuan sel telur dan sperma.

3. Copper Intrauterine Device (IUD):efektifitas 99,2 persen: penggunaan sekitar lima hingga 10 tahun, ditanam di dalam rahim, mencegah pertemuan sel telur dan sperma. Terbuat dari tembaga dan sering kali menimbulkan pendarahan tapi hanya terjadi di awal dan tidak seterusnya.

4. Suntik:efektifitas 94 persen: efektif selama tiga bulan

5. Kombinasi pil, patch dan cincin:efektifitas 91 persen: diminum setiap hari secara rutin

6. Diaghragm:efektifitas 88 persen: mencegah pertemuan sperma dan sel telur, sering disebut kondom perempuan

7. Kondom:efektifitas 82 persen: mencegah pertemuan sperma dan sel telur

8. Metode Kalender:efektifitas 76 persen: menggunakan perhitungan masa subur atau ovulasi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement