REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pengendalian angka kesakitan kaki gajah (filariasis) dapat dilakukan dengan memutus rantai penularan melalui pemberian obat massal pencegahan (POMP) filariasis di daerah yang teridentifikasi endemis filariasis.
Tindakan dilakukan dengan mencegah dan membatasi kecacatan pada pasien dengan manifestasi klinis melalui tatalaksana kasus.
"Tujuan utama penanganan dini terhadap penderita penyakit kaki gajah adalah membasmi parasit atau larva yang berkembang dalam tubuh penderita sehingga tingkat penularan dapat ditekan dan dikurangi," ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, Prof dr Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE, Selasa (4/8).
Dietilkarbamasin (DEC) adalah satu-satunya obat filariasis yang ampuh, baik untuk filariasis bancrofti maupun malayi yang bersifat makrofilarisidal dan mikrofilarisidal.
"Obat ini tergolong murah, aman dan tidak ada resistensi obat," kata dia.
Penderita yang mendapatkan terapi obat ini mungkin akan memberikan reaksi samping sistemik dan lokal yang bersifat sementara dan mudah diatasi dengan obat simtomatik.
Pengobatan diberikan oral, diserap cepat, mencapai konsentrasi puncak dalam darah dalam tiga jam, dan diekskresi melalui air kemih. Dietilkarbamasin tidak diberikan pada anak berumur kurang dari dua tahun, ibu hamil, menyusui, dan penderita sakit berat. Pada kasus penyakit kaki gajah yang cukup parah (sudah membesar) karena tidak terdeteksi dini, selain pemberian obat-obatan tentunya memerlukan langkah lanjutan seperti tindakan operasi.
Kaki gajah ditunjukkan melalui gejala kronis yang terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel. Gejala kronis dari penyakit kaki gajah yaitu berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Penyakit kaki gajah umumnya terdeteksi melalui pemeriksaan mikroskopis darah. "Tapi sampai saat ini hal tersebut masih dirasakan sulit dilakukan karena microfilaria hanya muncul dan menampilkan diri dalam darah pada waktu malam hari selama beberapa jam saja (nocturnal periodicity)," jelasnya.
Metode pemeriksaan lain juga dilakukan untuk mendiagnosa penyakit kaki gajah, diantaranya dengan penjaringan membran, metode konsentrasi Knott dan teknik pengendapan. Metode pemeriksaan yang lebih mendekati ke arah diagnosa dan diakui oleh pihak WHO adalah sistem 'tes kartu'. Cara ini, sangat sederhana dan peka untuk mendeteksi penyebaran parasit (larva).
"Yaitu dengan cara mengambil sampel darah sistem tusukan jari droplets diwaktu kapanpun, tidak harus di malam hari," kata Tjandra.