Rabu 14 Oct 2015 06:40 WIB

Benarkah Masker Biasa tak Efektif di Kabut Asap?

Rep: C04/ Red: Indira Rezkisari
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru.
Foto: Antara
Kabut asap menyelimuti Pekanbaru.

REPUBLIKA.CO.ID, Penggunaan alat pelindung diri seperti masker atau respirator sangat direkomendasikan untuk digunakan oleh masyarakat yang terkena dampak kabut asap. Keduanya didesain khusus untuk mengurangi paparan partikuler berbahaya yang dihirup oleh manusia, sehingga mengakibatkan ISPA (infeksi saluran pernapasan atas).

 

Sejauh ini, jenis masker N95 maupun masker bedah sama-sama memiliki manfaat untuk mengurangi masuknya partikel-partikel berbahya tersebut ke dalam tubuh. Menurut DR. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPS dari RS Persahabatan, berdasarkan penelitian, masker bedah yang belakangan cukup kontroversial ini sudah didesain untuk menangkal partikel besar, namun tidak untuk partikel kecil.

 

“Penetrasi masker bedah sekitar 60-70 persen, partikel-partikel tersebut masih dapat masuk ke saluran pernapasan kita. Penggunaan masker N95 memang terlihat lebih baik dari masker bedah, karena dapat menghalangi 95 persen partikel yang masuk. Akan tetapi di beberapa penelitian, penggunaan masker N95 dan masker bedah, ternyata tidak jauh berbeda,” kata Agus, dalam kesempatan yang sama.

 

Hal ini, lanjutnya, berhubungan dengan teknik pemakaian masker N95 yang tidak tepat. Sehingga manfaatnya kurang lebih hampir sama dengan penggunaan masker bedah biasa.

 

“Untuk itu, apabila digunakan dengan cara yang benar penggunaan masker N95 dapat mengurangi gejala gangguan pernapasan tersebut. Walau begitu, sebenarnya masker ini juga memiliki keterbatasan berupa ketidaknyamanan penggunaannya, karena jenis bahannya yang  tebal dan terbatas hanya bisa digunakan 8 jam sehari (disposable),” katanya memaparkan.

 

Agus juga menambahkan, penggunaan masker N95 berdasarkan literatur Kemenkes RI direkomendasikan pada beberapa kondisi saja. Diantaranya, seseorang yang memang terpaksa harus berada di luar ruangan saat kondisi asap cukup pekat. Penggunaannya juga dan harus memiliki syarat individual fit test agar kemampuan proteksinya lebih baik.

 

“Penelitian tentang penggunaan berbagai jenis masker ini masih terus berjalan hingga sekarang. Sementara, masker ini tidak direkomendasikan pada orang yang berkegiatan di dalam rumah, anak-anak, ibu hamil, orang tua (lansia) serta pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan penyakit paru kronik,” kata Agus.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement