Rabu 14 Oct 2015 07:01 WIB

Masyarakat Daerah Kabut Asap Diimbau tak Lakukan Aktivitas Berat

Rep: C04/ Red: Indira Rezkisari
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.
Foto: Antara
Sungai Air Sugihan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (7/9), tertutup kabut asap.

REPUBLIKA.CO.ID, Dokter sekaligus pengurus pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. Feni Fitriani, Sp.P, hampir setiap tahun hutan di Indonesia dilanda kebakaran terutama pada musim kemarau. Selain berdampak pada berbagai sektor kehidupan, seperti gangguan kehidupan sehari-hari masyarakat, penurunan pariwisata, dampak politik, ekonomi hingga kesehatan.

 

“Asap-asap yang berasal dari kebakaran hutan tersebut mengandung campuran gas, partikel dan bahan kimia lainnya akibat pembakaran yang tidak sempurna. Hal ini jika terus-terusan kita hirup, akan menyebabkan terjadinya ISPA dan gangguan kesehatan lain terkait masalah pernapasan,” ungkap Feni, dalam acara media gathering, Pencegahan dan Penanganan Dampak Kesehatan Asap Kebakaran Hutan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

Feni pun melanjutkan, bahwa masyarakat yang rentan terhadap asap kebakaran hutan ini merupakan kelompok orang tua, ibu hamil, anak-anak serta orang dengan penyakit jantung dan paru sebelumnya. Asap kebakaran hutan ini dalam jangka cepat (akut) juga dapat menyebabkan iritasi selaput lendir mata, hidung, tenggorokan sehingga dapat menimbulkan gejala berupa mata perih, berair, rasa tidak nyaman di tenggorokan, mual hingga sakit kepala.

 

“Keluhan inilah yang nantinya memudahkan untuk terjadinya ISPA. Sementara untuk efek jangka panjang dapat terjadi penurunan fungsi paru dan peningkatan hiperreaktivitas saluran pernapasan. Namun, walau mengandung partikel berbahaya, sejauh ini untungnya tidak berdampak terjadinya kanker paru-paru. Bahkan belum ditemukan adanya pasien yang menderita kanker paru akibat kabut asap,” tambahnya.

 

Sekretaris Umum PDPI DR. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FAPSR mengungkapkan bahwa  ada tiga upaya dalam mencegah dan menangani masalah kabut asap ini. Diantaranya adalah upaya primer, sekunder dan tersier.

 

Upaya primer, lanjut Agus bertujuan untuk mencegah orang-orang di daerah yang terkena kabut asap menjadi sakit  akibat dari paparan asap kebakaran hutan, dengan cara menghilangkan sumber masalah kesehatan tersebut. Upaya primer itu antara lain adalah mengurangi aktivitas di luar ruangan, menggunakan masker jika terpaksa bepergian keluar rumah, melakukan pola hidup bersih serta menghindari aktivitas fisik berat termasuk olahraga.

 

“Ini dikarenakan oksigen yang terdapat di sana sangat tipis, jadi jangan menambah beban kerja paru dengan melakukan kegiatan berat,” tambah Agus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement