Selasa 22 Dec 2015 13:54 WIB

Tiga Kesalahpahaman Imunoterapi yang Perlu Diluruskan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Winda Destiana Putri
Cegah kanker sejak dini
Foto: Boldsky
Cegah kanker sejak dini

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Imunoterapi disebut-sebut menjadi terobosan baru dalam bidang medis dan terutama di bidang onkologi. Namun seperti semua pengobatan medis, ada batasan tertentu yang dapat dicapai imunoterapi.

Ada beberapa kesalahpahaman yang perlu diluruskan terkait imunoterapi. Kesalahpahamaman yang pertama, yaitu imunoterapi cocok untuk semua jenis kanker. Imunoterapi sebagai metode pengobatan baru telah menunjukkan prognosis menjanjikan terutama untuk pasien dengan kanker paru-paru dan melanoma.

"Mereka yang didiagnosis dengan stadium awal kanker atau mereka yang merasakan perubahan baik dengan pengobatan lain sebaiknya melanjutkannya dan tidak beralih ke imunoterapi," ujar Direktur Medis dan Konsultan Senior Onkologi Medis di Parkway Cancer Centre dr Ang Peng Tiam dalam siaran persnya, semalam.

Imunoterapi juga telah menunjukkan keefektifan dalam mengobati penyakit Hodgkin (suatu bentuk kanker limfatik), dan beberapa kemujaraban dalam pengobatan kanker payudara tipe tiga negatif, kanker kolon, kanker lambung, dan kanker kepala dan leher.

Kesalahpahaman kedua ialah imunoterapi cocok untuk semua pasien kanker. Para peneliti dan klinisi masih baru mulai mempelajari cara terbaik untuk menerapkan imunoterapi dalam pengobatan kanker. 

"Untuk saat ini, menggunakan sarana ini untuk kanker stadium awal bukanlah solusi yang tepat sama sekali," kata dia.

Bagi mereka yang terkena kanker stadium lanjut atau metastatik, terutama mereka yang telah gagal dengan terapi konvensional, imunoterapi menawarkan harapan baru. Harapan ini terutama bagi mereka yang tumornya telah menunjukkan positif PD-L1.

Kesalahpahaman ketiga yaitu imunoterapi tidak memiliki efek samping atau waktu henti. Pengobatan dengan kemoterapi dan radioterapi kadang-kadang dapat menyebabkan efek samping yang serius dalam jangka waktu pendek dan panjang.

Secara umum, profil toksisitas imunoterapi secara signifikan lebih rendah dan jauh lebih aman. Karena tindakan utama imunoterapi adalah melepaskan rem sistem kekebalan tubuh, efek samping pengobatan ini akan berupa cederanya jaringan normal oleh sistem kekebalan tubuh orang itu sendiri. 

Efek samping ini meliputi pneumonitis yang menyebabkan sesak napas, ruam kulit, turunnya tekanan darah sementara, dan gejala mirip flu. Kebalikan dari kemoterapi dan bahan terarah standar, respons positif melalui imunoterapi kadang-kadang nampak jelas meskipun pengobatan telah dihentikan.

Menurut Ang, meskipun uji coba klinis dan penelitian tentang imunoterapi masih berlangsung, bentuk pengobatan ini diharapkan dapat memberikan alternatif bagi pasien dengan efektivitas lebih tinggi dan efek samping yang lebih rendah.

"Kita sangat menantikan untuk memberikan terapi yang lebih efektif untuk pasien kanker sekaligus mengurangi cedera pada tubuh manusia. Kesempatan dalam terapi kombinasi juga patut diselidiki," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement