REPUBLIKA.CO.ID, Walaupun memiliki manfaat membunuh bakteri penyebab penyakit, tapi tidak semua penyakit bisa ditangani dengan antibiotik.
Lalu kapan sebenarnya dokter mungkin perlu meresepkan antibiotik?
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia yang juga pulmonologist, dr M Arifin Nawas SpP(K), MARS menjelaskan kebanyakan pemberian resep antibiotik adalah pada pasien rawat jalan dengan kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Misalnya infeksi telinga, sinusitis, radang tenggorokan, faringitis, flu dan lainnya. “Namun tidak semua memerlukan antibiotik segera. Seringkali terjadi, penundaan peresepan antibiotik disarankan pada pasien anak dan dewasa yang mengalami infeksi telinga akut, radang tenggorokan, faringitis atau tonsilitis, pilek, rinosinusitis akut, dan batuk atau bronkitis.
Ia menambahkan ISPA non spesifik (dewasa) atau rinofaringitis akut, dengan gejala klinis pada sinus, faring dan saluran pernafasan bawah, biasanya disebabkan oleh virus. Hingga antibiotik tidak direkomendasikan. Antibiotik tidak membantu perbaikan gejala atau mencegah komplikasi.
“Sekresi yang parulen sering terjadi pada ISPA, namun tidak berarti juga infeksi bakteri,” ujarnya.
(baca: Keseringan Olahraga Buat Andien Sakit)
Sebanyak 10 persen kasus faringitis akut (dewasa) disebabkan oleh bakteri Group A beta haemolytic streptococcus (GABHS). Kebanyakan kasus faringitis akut pada dewasa dapat sembuh sendiri sehingga hanya perlu pengobatan simptomatik saja.
Penggunaan antibiotik hanya pada kasus infeksi GABHS. Riwayat demam, eksudat pada tonsil, batuk dahak berwarna kuning kehijauan (parulen), limfadenitis.
Bagaimana dengan bronkitis dewasa? Penggunaan antibiotik pada bronkitis non-komplikata tidak direkomendasikan.
Sementara pneumonia (radang paru) dewasa adalah radang pada parenkim paru, adalah infeksi yang umumnya disebabkan bakteri. Karena suatu infeksi menimbulkan keluhan demam yang disertai batuk dan sesak napas. Batuk biasanya produktif dengan perubahan warna dahak yang biasanya putih menjadi kuning sampai kehijauan. Sesak terjadi karena blokade masuknya oksigen ke paru kemudian tubuh berkompensasi meningkatkan frekuensi napas.