Kamis 11 Feb 2016 06:18 WIB

Waspada, Ini Gejala Kala Difteri Menyerang

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Seorang bocah mendapatkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) tambahan saat vaksin difteri massal berbagai usia di Desa Plandi, Jombang, Jawa Timur.
Foto: Antara
Seorang bocah mendapatkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis dan Tetanus) tambahan saat vaksin difteri massal berbagai usia di Desa Plandi, Jombang, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, Dokter spesialis anak dari RSUD Dr Seotomo Surabaya, dr. Meta Hanindita SpA, mengatakan difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja. Namun juga dari carrier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang di sekitarnya.

 

Gejala dan jenis difteri pun menurutnya bermacam-macam. Difteri hidung misalnya, gejala awal akan menyerupai flu biasa. Pilek ringan, bisa disertai demam ataupun tidak. Akan tetapi jika diperiksa lebih teliti, akan terlihat membran putih pada daerah septum nasi (di dalam hidung).

 

“Untuk difteri yang menyerang  tonsil faring akan memberikan gejala awal paling umum nyeri tenggorokan, bisa juga serak, lemas atau pusing. Dari pemeriksaan, akan terlihat membran keabuan di dalam faring dan tonsil. Pada kasus yang lebih berat,  pembengkakan jaringan lunak  dan pembesaran kelenjar getah bening dapat menyebabkan gambaran bull neck,” ungkapnya.

 

Sementara difteri laring biasanya akan memberikan gejala suara serak, napas berbunyi, dan batuk kering dengan demam tidak terlalu tinggi. Lain lagi dengan difteri kulit yang memberikan gejala seperti luka dengan membran keabuan di kulit.

 

Kepala Pusat Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal, Kementerian Kesehatan RI, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc mengungkapkan bahwa kasus difteri di Indonesia sendiri mulai muncul pada awal Januari 2016. Di Jawa Barat sendiri kasusnya sudah mencapai 16 pasien, dimana diantara pasien-pasien tersebut terdapat dua orang yang meninggal dunia akibat penyakit ini.

 

Menurut Jane, penyakit ini harus ditangani oleh pemerintah daerah masing-masing. Salah satu pencegahan difteri adalah melalui imunisasi DPT pada bayi dan anak umur 18 bulan.

 

“Vaksin imunisasi ini diberikan secara gratis oleh pemerintah, melalui Posyandu, Rumah Sakit Pemerintah Daerah dan pada anak SD diberikan pada saat bulan imunisasi anak sekolah. Semuanya diberikan secara gratis oleh pemerintah kepada masyarakat,” kata dia.

 

Mengingat penyakit difteri ini sangat berbahaya, maka agar pasien dapat sembuh total dokter anak dari Kemang Medical Care dr. Margareta Komalasari, SpA mengimbau agar orang tua cepat tanggap jika melihat gejala-gejala penyakit ini pada anak. Serta tak lupa, harus menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga pola makan.

 

“Tapi sebaik-baiknya menjaga kebersihan, alangkah lebih baik lagi sebaiknya orang tua melakukan vasinasi imunisasi pada anak saat masih bayi. Jika anak terlanjur terkena penyakit ini, sebelum terlambat sebaiknya segera periksa ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat,” tutup sang dokter.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement