REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktur Klinik Intervensi Dini Applied Behavior Analysis (KIDABA) sekaligus terapis senior, Liza Anwar R Sutadi mengatakan, anak penyandang autisme sebaiknya tidak disekolahkan di sekolah khusus, apalagi Sekolah Luar Biasa (SLB).
Ini karena si anak berpotensi meniru teman-temannya di sekolah khusus tersebut. Mereka hendaknya bersekolah di sekolah reguler supaya bisa meniru anak-anak normal lainnya. Liza mengakui, banyak sekolah menolak penyandang autisme karena dianggap mengganggu proses belajar mengajar. Oleh sebabnya, anak autisme yang akan masuk sekolah reguler perlu dikondisikan dengan baik.
“Anak autisme bisa disekolahkan jika sudah mendapat intervensi dini secara intensif dan optimal, sekitar 12-18 bulan dengan terapi Applied Behavior Analysis (ABA),” kata Liza kepada Republika.co.id. (Empat Gejala Anak Terindikasi Autisme).
Anak harus memenuhi prasyarat tertentu, yaitu menguasai beberapa kemampuan di bidang bahasa, sosial, akademik, dan perilaku. Anak penyandang autis di KIDABA rata-rata sudah bisa masuk ke sekolah reguler setelah tiga tahun menjalani terapi.
ABA adalah salah satu metode penyembuhan autisme di Indonesia. Ilmu terapannya menggunakan prosedur perubahan perilaku untuk mengajarkan seseorang agar menguasai berbagai kemampuan atau akivitas dengan ukuran nilai atau standar yang ada di masyarakat.
Dokter spesialis anak sekaligus konsultan di KIDABA, dr Rudy Sutady mengatakan, metode ABA memiliki sejumlah kelebihan, yaitu sistematik, terstruktur, dan terukur. Sistematik, artinya ada kurikulum khusus sesuai tingkat dan tahapan autis anak.
Terstruktur karena penanganan untuk anak diberikan berdasarkan respons mereka terhadap instruksi terapis. Rudy memaparkan ada lima bentuk respons anak, yaitu anak merespons dengan benar, sebagian benar, salah, lepas tugas (off task), atau tetap diam alias tidak merespons sama sekali.
Terukur, artinya ada penilaian kuantitatif. Anak misalnya dinilai tiga sesi berturut-turut. Jika nilainya sudah di atas 80 persen, maka mereka dianggap sudah mampu. Pada 1997, Rudy berhasil menerapkan metode ini kepada anaknya dan hasilnya menunjukkan perbaikan setelah enam bulan.
"Metode ABA bisa dilakukan sendiri oleh orang tua sebab basisnya adalah terapi rumah atau home basic therapy. Terapi ini mudah dilakukan asalkan orang tua menyediakan waktu banyak untuk anak," katanya.